Sabtu 13 Sep 2025 20:25 WIB

Kemenkes Ungkap Tantangan Penanganan KLB Campak di Indonesia

Imunisasi massal, pelacakan, dan ORI terus digencarkan cegah penularan.

Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin imunisasi kepada anak di RPTRA Flamboyan, Kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Rabu, (4/6/2025). Puskesmas Kecamatan Tebet menggelar Gebyar Imunisasi  sebagai upaya meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap serta mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak-anak usia dini. Vaksin imunisasi yang diberikan dalam kegiatan ini diantaranya Bacile Calmerte Guerin (BCG), Difteri Pertusis dan Detanus (DPT), Campak, Pneumococcal Conjugate Vaccine 3 (PCV3) dan sebagainya.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin imunisasi kepada anak di RPTRA Flamboyan, Kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Rabu, (4/6/2025). Puskesmas Kecamatan Tebet menggelar Gebyar Imunisasi sebagai upaya meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap serta mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak-anak usia dini. Vaksin imunisasi yang diberikan dalam kegiatan ini diantaranya Bacile Calmerte Guerin (BCG), Difteri Pertusis dan Detanus (DPT), Campak, Pneumococcal Conjugate Vaccine 3 (PCV3) dan sebagainya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan membeberkan tantangan dalam pelaksanaan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit campak di lapangan. Tantangan pertama datang dari adanya kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap imunisasi masih rendah sehingga target cakupan imunisasi tidak tercapai.

Situasi ini dibarengi dengan adanya ketidakpercayaan terhadap keamanan dan manfaat dari vaksin dan imunisasi akibat hoaks atau disinformasi di media sosial dan lingkungan.

Baca Juga

"Edukasi yang harus disampaikan kepada masyarakat tentang vaksin campak adalah bahwa vaksin campak aman dan efektif untuk mencegah penyakit campak yang bisa menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian," kata Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (13/9/2025).

Di samping itu, faktor sosial-budaya, kondisi rumah, gizi buruk berkontribusi memperberat dan meningkatkan risiko komplikasi campak, sehingga perlu intervensi terpadu dengan lintas program atau sektor lain untuk mengatasinya.

Tantangan juga datang dari adanya keterbatasan sumber daya baik sumber daya manusia maupun anggaran dalam penanggulangan KLB campak, kondisi geografis di beberapa wilayah yang menyebabkan akses layanan, pelaksanaan surveilans dan imunisasi sulit.

"Selain itu sulit merujuk kasus ke fasilitas kesehatan apabila terdapat komplikasi. Kapasitas petugas kesehatan bervariasi di lapangan dalam deteksi dini dan analisa data surveilans campak serta pelaksanaan imunisasi respon KLB sehingga respon KLB dapat terhambat," ujar dia.

Aji juga menyayangkan jika masih ada anjuran isolasi kepada kasus tidak dipatuhi. Campak kerap dianggap sebagai penyakit ringan, sehingga kepatuhan untuk melakukan isolasi maupun mematuhi aturan protokol kesehatan sering dilanggar.

Maka dari itu, Kemenkes terus menggalakkan edukasi terutama pada orang tua. Adapun poin edukasi yang disampaikan seperti vaksin campak telah terbukti aman dan efektif dalam mencegah penyakit campak.

Efek samping yang mungkin terjadi biasanya ringan, seperti demam atau ruam di tempat suntikan.

"Penyakit campak bisa menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia, radang otak (ensefalitis), dan kematian. Vaksin campak efektif mencegah komplikasi ini," kata dia.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement