REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kontes Lagu Eurovision menghadapi ujian besar dalam rapat penting yang digelar di Jenewa, Kamis (4/12/2025), terkait masa depan keikutsertaan Israel di ajang musik internasional tersebut. Dalam pertemuan yang disebut sebagai momen penentu arah itu, para panitia dan negara peserta akan membahas apakah Israel masih diperbolehkan ikut serta, di tengah protes luas terhadap kondisi Gaza serta tuduhan praktik pemilihan suara yang tidak adil.
Sejumlah negara, termasuk Irlandia, Spanyol, Belanda, dan Slovenia, telah menyatakan akan memboikot Eurovision jika Israel tetap berpartisipasi. Sebaliknya, Jerman memberi sinyal akan menarik diri jika Israel justru dikeluarkan dari kompetisi.
Dilansir dari BBC, Kamis (4/12/2025), rapat tersebut berlangsung setelah dua edisi Eurovision 2024 dan 2025 dikacaukan oleh demonstrasi anti-Israel yang menyoroti tingginya korban sipil di Gaza.
Dalam final Eurovision 2025 di Basel, Swiss, dua orang mencoba menerobos panggung dan melemparkan cat ke arah perwakilan Israel, Yuval Raphael, penyintas serangan Hamas 7 Oktober 2023. Upaya itu digagalkan petugas dan keduanya ditangkap.
Raphael akhirnya meraih posisi kedua berkat dukungan kuat dari pemungutan suara publik. Namun kemenangan tersebut memicu kritik dari beberapa negara yang menuding pemerintah Israel melakukan kampanye iklan besar-besaran dan berbayar di berbagai negara Eropa untuk mendongkrak suara.
Israel belum menanggapi tuduhan itu, namun selama ini kerap menyebut dirinya menjadi korban kampanye pencemaran nama secara global.
View this post on Instagram