Selasa 26 Aug 2025 14:41 WIB

Dokter Ungkap Jeda Makan Terlalu Singkat Bikin Perut Buncit dan Berpenyakit

Jeda yang terlalu singkat tak memberi kesempatan tubuh memproses makanan.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Perut buncit (ilustrasi). Obesitas sentral atau penumpukan lemak di area perut kini menjadi ancaman kesehatan yang serius bagi masyarakat Indonesia.
Foto: www.freepik.com
Perut buncit (ilustrasi). Obesitas sentral atau penumpukan lemak di area perut kini menjadi ancaman kesehatan yang serius bagi masyarakat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obesitas sentral atau penumpukan lemak di area perut kini menjadi ancaman kesehatan yang serius bagi masyarakat Indonesia. Lebih dari sekadar masalah penampilan, lemak yang menumpuk di bawah organ tubuh atau dikenal sebagai lemak viseral dapat memicu berbagai penyakit berbahaya.

Menurut dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, dr Erwin Christianto, M.Gizi, Sp.GK, salah satu penyebab utama penumpukan lemak ini adalah jeda waktu makan dan camilan yang terlalu pendek.

Baca Juga

"Sekarang makan, setengah jam lagi kita jalan, ketemu jajan, makan. Jadi, waktu makan dengan jajan yang terlalu dekat, itu akan menyebabkan penumpukan terutama penumpukan lemak viseral," kata dia dalam sebuah diskusi media di Jakarta pada akhir pekan lalu.

Menurut dia, jeda yang terlalu singkat ini tidak memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproses makanan dengan optimal, sehingga kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak. Dia juga mengingatkan bahwa lemak viseral jauh lebih berbahaya dibandingkan lemak di bawah kulit karena dapat menyebabkan penyakit seperti resistensi insulin yang merupakan cikal bakal diabetes.

Lemak viseral memiliki sifat yang lebih jahat karena berada di bawah organ dan sulit dicubit, berbeda dengan lemak di bawah kulit yang mudah dirasakan. Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral secara nasional mencapai 36,8 persen pada penduduk berusia 15 tahun ke atas, sebuah angka yang mengkhawatirkan.

Untuk mencegah penumpukan lemak viseral, dr Erwin menyarankan pola makan tiga kali sehari (pagi, siang, dan malam) yang seimbang, terdiri atas karbohidrat, protein, sayuran, dan buah-buahan dalam porsi yang tidak berlebihan. Ia juga meluruskan persepsi keliru yang sering beredar di masyarakat yaitu kebiasaan mengonsumsi buah sebelum makanan utama. Menurutnya, buah dan makanan lain dicerna dengan cara yang berbeda sehingga urutan konsumsi tidak memengaruhi proses pencernaan.

Selain itu, ia menegaskan pentingnya jeda waktu antara makan utama dan camilan. "Kira-kira 2-3 jam. Tapi, mungkin harus diperhatikan camilannya juga, ya. Kalau sekali makan satu bungkus, ya sama aja," kata dr Erwin.

Pilihan makanan dinilainya juga berperan besar. Sebagai Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI), dr Erwin menyebut semakin banyak pilihan makanan, terutama makanan kemasan tinggi kalori, semakin tinggi pula risiko penumpukan lemak di perut. Selain pola makan, ia juga mengingatkan masyarakat untuk mengelola stres. Stres dapat memengaruhi hormon tubuh dan menyebabkan sulit tidur, yang pada akhirnya berkontribusi pada obesitas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement