REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh melaporkan delapan kematian akibat wabah demam berdarah pada Ahad (23/11/2025) sehingga total kematian di November menjadi 86, angka bulanan tertinggi tahun ini. Ahli entomologi menilai perubahan iklim memicu lonjakan kasus demam berdarah di Bangladesh.
Kematian terbaru itu menjadikan jumlah kematian pada 2025 menjadi 364, dengan total kasus meningkat menjadi lebih dari 90.264 dengan 778 pasien rawat inap baru. Dari jumlah tersebut, 87.442 pasien telah kembali ke rumah setelah pulih, menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS).
Infeksi dan kematian kini terlihat menyebar di seluruh negeri, termasuk kota Chattogram di tenggara, kota Barisal di selatan-tengah, kota Mymensingh di utara-tengah, serta ibu kota Dhaka. Profesor dan ahli entomologi Kabirul Bashar dari Universitas Jahangirnagar mengatakan kepada Anadolu bahwa peningkatan jumlah infeksi disebabkan oleh perubahan iklim, manajemen nyamuk yang buruk, dan urbanisasi yang tidak terencana.
Biasanya, musim dingin Bangladesh terjadi pada Desember–Februari, dengan suhu mulai turun pada November dan curah hujan menurun signifikan pada akhir September, menandai berakhirnya musim hujan. Namun tahun ini, hujan deras masih berlangsung hingga akhir Oktober, menurut data Departemen Meteorologi Bangladesh.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, November menjadi bulan yang sangat mematikan. (Peningkatan kasus demam berdarah) ini disebabkan oleh durasi hujan. Curah hujan yang berkepanjangan dan tertunda, bahkan hujan di akhir Oktober tahun ini, telah menyebabkan peningkatan jumlah infeksi dan kematian,” kata Bashar.
Curah hujan yang tertunda memengaruhi manifestasi demam berdarah. Cuaca dan suhu di negara ini juga tetap mendukung penyebaran dan kelangsungan hidup demam berdarah, tambahnya. “Situasi demam berdarah tahun ini tidak akan mengalami perbaikan besar atau pemulihan secara signifikan. Penurunan kasus baru yang berarti kemungkinan baru terlihat mulai Januari tahun depan,” ujarnya.
Nyamuk pembawa demam berdarah berkembang biak pada suhu antara 20-30 derajat Celsius. Negara ini mengalami suhu rata-rata yang serupa sepanjang tahun. Bahkan di musim dingin, suhu tetap mendekati 20 derajat Celsius, yang merupakan kondisi yang menguntungkan bagi demam berdarah, menurut Bashar. Pada 2023, Bangladesh melaporkan rekor 1.705 kematian akibat demam berdarah dari 321.179 kasus terkonfirmasi, menurut DGHS, menjadikannya wabah paling mematikan di negara itu.
View this post on Instagram