Sabtu 15 Nov 2025 14:28 WIB

Rasa Sakit Akibat Patah Hati Disebut Bisa Melemahkan Fungsi Jantung

Lonjakan hormon stres dapat membuat otot jantung melemah dan mengganggu ritmenya.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Sedih (ilustrasi). Para ahli kesehatan mengingatkan tekanan emosional yang berat juga bisa memicu kondisi medis serius bernama sindrom patah hati atau Takotsubo Cardiomyopathy, di mana stres benar-benar melemahkan fungsi jantung.
Foto: Republika/Prayogi
Sedih (ilustrasi). Para ahli kesehatan mengingatkan tekanan emosional yang berat juga bisa memicu kondisi medis serius bernama sindrom patah hati atau Takotsubo Cardiomyopathy, di mana stres benar-benar melemahkan fungsi jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa sakit akibat patah hati umumnya dianggap sebagai beban emosional. Namun para ahli mengingatkan tekanan emosional yang berat juga bisa memicu kondisi medis serius bernama sindrom patah hati atau Takotsubo Cardiomyopathy, di mana stres benar-benar melemahkan fungsi jantung.

Dokter spesialis jantung dari Manipal Hospital, dr Abhishek Singh, mengatakan kondisi ini terjadi ketika lonjakan mendadak hormon stres seperti adrenalin dan kortisol secara sementara melemahkan otot jantung. Gejalanya sering kali menyerupai serangan jantung.

Baca Juga

"Lonjakan hormon stres dapat membuat otot jantung melemah dan mengganggu ritmenya. Respons fight-or-flight yang muncul saat tubuh menghadapi bahaya dapat mengacaukan kerja jantung, terutama pada individu yang rentan," kata dr Singh seperti dilansir laman Hindustan Times, Sabtu (15/11/2025).

Berbeda dengan serangan jantung yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan arteri, sindrom patah hati membuat ventrikel kiri jantung mengalami pembengkakan. Bentuk pembengkakan ini menyerupai 'takotsubo', jebakan gurita tradisional Jepang.

Penelitian yang dipublikasikan di National Heart, Lung and Blood Institute menunjukkan bahwa kondisi ini lebih banyak dialami oleh perempuan, terutama yang telah menopause. Perubahan kadar hormon diduga turut memengaruhi kerentanan perempuan terhadap kondisi ini.

"Kasus ini biasanya muncul setelah peristiwa yang sangat emosional, seperti kehilangan orang terdekat atau trauma mendalam. Hal ini menunjukkan kuatnya hubungan antara kondisi psikologis dan kesehatan fisik, khususnya organ jantung," kata dr Singh.

Pengidap sindrom patah hati bisa mengalami nyeri dada tiba-tiba, sesak napas, bahkan pingsan. Karena gejalanya menyerupai serangan jantung, penanganan medis cepat menjadi sangat penting.

Pemulihan sindrom patah hati tidak hanya fokus pada kondisi fisik, tetapi juga kesehatan mental. Manajemen stres seperti meditasi, konseling, dan yoga dapat membantu menurunkan hormon stres dan meningkatkan kesejahteraan.

"Pasien juga dianjurkan melakukan aktivitas yang menenangkan, seperti menjalani hobi atau berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memberikan dukungan emosional," kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement