Kamis 21 Aug 2025 08:36 WIB

Dokter Ungkap Bahaya Cacing Bisa Bersarang di Paru-Paru dan Picu Gagal Napas

Saat cacing sampai ke paru-paru, gejalanya bervariasi dari ringan hingga berat.

Petugas memberikan obat cacing kepada anak (ilustrasi). masalah kecacingan tidak hanya terbatas pada saluran cerna, melainkan juga dapat menyerang paru-paru.
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Petugas memberikan obat cacing kepada anak (ilustrasi). masalah kecacingan tidak hanya terbatas pada saluran cerna, melainkan juga dapat menyerang paru-paru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kasus meninggalnya seorang anak di Sukabumi, Jawa Barat, dalam keadaan ditemukan banyak cacing di berbagai organ tubuhnya memicu keprihatinan publik. Meskipun sering kali dianggap sepele, infeksi parasit ini bisa menimbulkan komplikasi yang jauh lebih berbahaya dari yang dibayangkan, bahkan sampai merusak organ vital seperti paru-paru.

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPl) Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengatakan masalah kecacingan tidak hanya terbatas pada saluran cerna, melainkan juga dapat menyerang paru-paru. "Salah satu alat tubuh yang mungkin saja dapat mengalami akibat buruk dari penyakit akibat cacing (kecacingan) adalah paru-paru, walaupun yang utama dan lebih sering terjadi adalah gangguan di saluran cerna," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Kamis (21/8/2025).

Baca Juga

Dia menjelaskan, siklus hidup cacing tertentu, seperti Ascaris lumbricoides atau cacing tambang, dapat melibatkan paru-paru sebagai bagian dari perjalanannya di dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk melalui saluran cerna dapat menembus dinding usus, kemudian terbawa aliran darah menuju hati dan akhirnya sampai ke paru-paru. Di sinilah mereka berkembang, menimbulkan iritasi, dan memicu berbagai gejala pernapasan yang sering kali disalahpahami sebagai penyakit lain.

Dia mengatakan ketika cacing sampai ke paru-paru, gejalanya bisa bervariasi dari yang ringan hingga sangat parah. Batuk yang tidak kunjung sembuh, sesak napas, dan suara mengi adalah tanda-tanda umum.

Dalam kasus yang lebih serius, penderita dapat mengalami nyeri dada, batuk berdarah, atau bahkan batuk yang mengeluarkan cacing. "Walaupun jarang, dapat timbul penyakit yang lebih berat, antara lain dalam bentuk pneumonia, cairan di paru (efusi pleura), paru yang kolaps (pneumotoraks)," kata Prof Tjandra.

Menurut dia, kondisi tersebut dapat mengarah pada komplikasi yang mengancam jiwa, seperti sindrom"Loeffler", hipertensi paru, dan gagal napas akut atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Oleh karena itu, mengenali gejala-gejala ini dinilainya sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Prof Tjandra mengatakan untuj mendiagnosis kecacingan di paru, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Pemeriksaan dahak dan bronkoskopi dengan teknik Bronchoalveolar Lavage (BAL) menjadi metode yang dianggap efektif untuk mendeteksi keberadaan cacing atau larvanya.

Selain itu, pemeriksaan radiologi seperti rontgen toraks atau CT scans dapat membantu melihat gambaran paru-paru yang terdampak. Setelah diagnosis ditegakkan, pengobatan akan segera diberikan."Pengobatannya adalah dengan obat antihelmintik, seperti albendazole, mebendazole, dan atau ivermectin, tentu selain pengobatan simtomatik dan suportif lainnya," ujar Prof Tjandra. Pengobatan ini bertujuan untuk membunuh cacing parasit, sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut pada organ tubuh.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang bocah bernama Raya berusia 3 tahun meninggal dunia dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing pada 22 Juli 2025. Ia sempat dirawat di instalasi gawat darurat (IGD) dan ruang ICU.

"Raya diantar ke IGD kami di RSUD sekitar tanggal 13 Juli jam 20.00 WIB, kondisinya sudah tidak sadar dan ketika dikonfirmasi kapan tidak sadarnya sudah 1 hari yang lalu, berarti tanggal 12 nya, datang ke kami kondisinya sudah berat," ujar Humas RSUD Syamsuddin, dr Irfan, Rabu (20/8/2025).

Selama masa observasi, kata dia, pihaknya menggali informasi kepada orang tua bayi dan didapati bahwa salah seorang orangtua sedang menjalani pengobatan TB paru. Pihaknya mengindikasikan bayi mengalami penurunan kesadaran karena TBC.

"Ternyata ditemukan cacing yang keluar dari hidungnya, ketika ada cacing kita jadi berpikir lain, ini enggak sadarnya karena infeksi cacing tadi yang biasanya sudah menyebar ke otak kalau sudah parah," kata dia.

Dugaan cacing tersebut berasal, dari rumah panggung yang di bawahnya langsung ke tanah. Dugaan sementara korban sehari-hari kontak dengan tanah.

"Tanah itu satu-satunya habitat cacing yang menginfeksi Raya, nama cacingnya Askaris (gelang), dalam video cacing Askaris hanya bisa tinggal di tanah dan infeksi manusia itu bukan cacing dewasanya, tetapi telurnya," kata dia.

Ia menyebut telur cacing dapat  masuk ke manusia melalui tidak sengaja terpegang oleh tangan kemudian dimasukkan ke mulut.  Kemudian juga karena terkontaminasi makanan atau minuman, terkonsumsi dan masuk ke saluran cerna.

Dia menduga cacing keluar dari salurannafas masuk ke paru-paru. Dari hasil rontgen pihaknya belum dapat memastikan jumlah cacing akan tetapi dipastikan banyak dilihat dari kotoran feses korban. "Info yang saya dapatkan hanya dari hidung sama anus. Dari telinga agak kurang mungkin," kata dia.

Ia mengatakan penyebab kematian korban tidak hanya infeksi cacing melainkan juga karena tuberkolosis dan sudah mengalami komplikasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement