Selasa 18 Nov 2025 12:32 WIB

Viral Pengguna HP Samsung Ungkap Aplikasi Pemanen Data Terkait Israel yang Tak Bisa Dihapus

Aplikasi AppCloud sudah otomatis ter-install di ponsel Samsung seri Galaxy A dan M.

Samsung Galaxy A35 5G.
Foto: Antara
Samsung Galaxy A35 5G.

REPUBLIKA.CO.ID, Produsen telepon seluler (ponsel) Samsung belakangan menuai kritik sebagian penggunanya setelah mereka mengetahui bahwa ponselnya berisi suatu aplikasi yang menurut ahli keamanan siber adalah perangkat lunak yang tidak diperlukan namun tidak bisa dihapus. Isu ini menjadi viral di media sosial khususnya X, setelah aplikasi yang dimaksud diduga terkait dengan Israel.

Seperti dilaporkan Middle East Eye, Selasa (18/11/2025), awalnya perangkat lunas bernama AppCloud, sudah otomatis ter-install di ponsel Samsung seri Galaxy A dan M yang beredar di Asia Barat dan Amerika Utara. Namun kini, pengguna dari Eropa dan Asia Selatan juga melaporkan aplikasi itu juga ada di ponsel mereka dan tidak bisa dihapus.

Baca Juga

Pada Februari lalu, SMEX, organisasi yang berfokus pada isu hak-hak digital berbasis di Beirut, Lebanon, melaporkan bahwa AppCloud secara diam-diam memanen data pengguna dan lemah dalam hal kebijakan privasi akses. Hal itu memicu kekhawatiran terkait etika dan hukum lantaran keterkaitannya dengan perusahaan asal Israel, IronSource.

IronSource dikenal sebagai perusahaan yang membangun program perangkat lunak yang bisa ter-install secara otomatis tanpa izin dari pemilik ponsel. Beberapa aplikasi pada masa lalu yang dibuat oleh IronSource seperti InstallCore, diketahui berhasil menghindari proses validasi pengguna dan mem-bypass pemeriksaan keamanan, termasuk program antivirus.

IronSource saat ini dimiliki oleh perusahaan Amerika Serikat, Unity, yang menyediakan layanan solusi perangkat lunak untuk ponsel, tablet, dan gawai lainnya. Menurut SMEX, menghapus perangkat lunak semacam AppCloud tidak memungkikan tanpa akses ke peladen.

"Karena AppCloud sepertinya dibangun dalam sistem oleh Samsung, tidak mungkin membeli model terbaru tanpa ada (aplikasi) itu," demikian laporan SMEX.

Pada Mei lalu, SMEX telah mengirim surat kepada Samsung setelah tidak menerima jawaban apapun dari perusahaan asal Korea Selatan itu terkait ancaman serius atas privasi pengguna.

"Syarat-syarat layanan Samsung menyebutkan aplikasi pihak ketiga tapi tidak secara spesifik menyebut AppCloud atau IronSource, meski akses dan kontrol data secara signifikan diberikan kepada aplikasi itu," tulis SMEX dalam suratnya kepada Samsung.

photo
Logo perusahaan Samsung Electronics Co. terlihat di depan kantor pusat di Seoul, Korea Selatan, pada 2024 - (AP Photo/Ahn Young-joon)

Isu ini kini mendapatkan momentumnya kembali setelah beberapa pengguna Samsung di Eropa dan Asia Selatan melaporkan bahwa, AppCloud juga sudah ter-install otomatis di ponsel atau tablet baru yang mereka beli.

"Bahkan saat dinonaktifkan, AppCloud tetap ada di gawai, muncul kembali setelah pembaruan (sistem perangkat lunak), dan secara tersembunyi bisa meng-install perangkat lunak tambahan," ujar International Cyber Digest (ICD), koran mingguan yang mengulas soal keamanan siber, di X.

Editor dari ICD yang memilih berbicara secara anonim, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa, eksistensi AppCloud mengkhawatirkan. "Mengapa pengguna tidak bisa menghapus aplikasi pihak ketiga? Bahkan setelah aplikasi itu dihapus, aplikasi itu muncuk kembali setiap pembaruan (perangkat lunak)," kata ICD.

"Memalukan sebuah perusahaan ponsel menjual barangnya bersama dengan aplikasi bawaan. Anda sudah membayar untuk ponselnya, dan sekarang Samsung membuat pelanggannya membayar tambahan untuk penggunaan data juga."

Sebagian pengguna juga meunggah tangkapan layar di X, yang berisi permintaan dari AppCloud, atas "akses penuh jaringan", "unduh file tanpa pemberi tahuan", dan "mencegah ponsel dari mode tidur".

"Permintaan-permintaan izin itu menunjukkan adanya tembok pembatas dari sebuah saluran data yang selalu-hidup," ujar ahli keamanan siber, Ehraz Ahmed kepada Middle East Eye.

"Tidak ada dari mereka terbukti adalah 'perangkat lunak mata-mata' klasik, tapi sebuah komponen lunak yang mana orang bisa tidak bisa menghapusnya, itu adalah contoh jelas bagaimana agresifnya aplikasi bisa dikaburkan menjadi sebuah sistem pengintaianya," ujar Ahmed menambahkan.

Setelah isu ini kembali merebak, menurut pendiri SMEX, Mohamad Najem, Samsung belum merespons surat elektronik yang mereka kirimkan.

 

 
photo
Partisipasi Generasi Z pada boikot produk Israel mencapai 50 persen. - (Tim Infografis)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement