Jumat 21 Feb 2025 18:54 WIB

Suka Takeaway Makanan? Ini Kata Penelitian Soal Bahaya Bungkus Plastik Bagi Jantung

Masalah bukan terletak pada makananya, namun kemasan plastik panas untuk membungkus.

Rep: Mgrol156/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan dibawa pulang dengan kemasan plastik (ilustrasi). Kemasan plastik panas yang digunakan untuk mengantarkan makanan dikaitkan dengan kesehatan jantung.
Foto: Dok Freepik
Makanan dibawa pulang dengan kemasan plastik (ilustrasi). Kemasan plastik panas yang digunakan untuk mengantarkan makanan dikaitkan dengan kesehatan jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Memesan makanan untuk dibawa pulang (takeaway) mungkin terasa praktis, tetapi kebiasaan ini dikhawatirkan bisa berdampak buruk bagi kesehatan jantung. Sebuah studi baru mengungkap bukan makanan itu sendiri yang menjadi penyebab utama, melainkan faktor lain yang menyertainya. Temuan ini mengubah cara pandang tentang pola konsumsi modern dan risiko kesehatan yang menyertainya.

Sebuah studi terbaru yang ditinjau oleh rekan sejawat dari para peneliti di China mengungkap bahwa masalah utama bukan terletak pada makanan yang Anda pesan, meskipun memilih makanan tidak sehat tentu dapat berdampak buruk bagi kesehatan dan berat badan. Justru, kemasan plastik panas yang digunakan untuk mengantarkan makanan menjadi perhatian utama. Studi ini secara khusus menemukan bahwa sering mengonsumsi makanan dari wadah plastik berkaitan dengan peningkatan risiko gagal jantung kongestif.

Baca Juga

Dilansir laman Best Life pada Jumat (21/2/2024), sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Desember 2024 dalam jurnal Ecotoxicology and Environmental Safety melalui studi dua bagian mengungkap bahwa zat kimia yang meresap dari kemasan plastik ke dalam makanan dan minuman dapat memengaruhi keseimbangan bakteri usus. Perubahan ini berpotensi memicu peradangan dan meningkatkan risiko kerusakan kardiovaskular dalam jangka panjang.

Para peneliti menggunakan dua pendekatan berbeda, melibatkan studi pada manusia dan hewan, untuk menyelidiki kaitan antara paparan plastik dan penyakit jantung, topik yang telah menjadi fokus penelitian dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai langkah awal, mereka meneliti pola makan lebih dari 3.000 individu di China dan mengevaluasi risiko mereka terhadap gagal jantung kongestif. Hasil analisis menunjukkan bahwa orang yang sering mengonsumsi makanan dari wadah plastik memiliki kemungkinan jauh lebih tinggi mengalami kondisi tersebut.

Selanjutnya, para peneliti melakukan eksperimen laboratorium pada tikus dengan mengekspos mereka pada air yang telah terkontaminasi bahan kimia dari plastik. Air tersebut diperoleh dengan menuangkan air mendidih ke dalam wadah plastik sekali pakai dan membiarkannya selama 1, 5, atau 15 menit, mensimulasikan kondisi ketika makanan panas dikemas dalam wadah semacam ini atau dipanaskan dalam microwave.

Tikus-tikus tersebut mengonsumsi air ini selama beberapa bulan sebelum para ilmuwan menganalisis bakteri usus, penanda inflamasi, serta jaringan jantung mereka. Hasil penelitian ini mengejutkan, menurut para penulis studi.

"Data menunjukkan bahwa paparan plastik yang tinggi secara signifikan berkaitan dengan meningkatnya risiko gagal jantung kongestif," tulis mereka.

Zat kontaminan dari plastik yang dikonsumsi tikus dalam jangka waktu beberapa bulan mengganggu keseimbangan usus mereka, menyebabkan perubahan dalam komposisi bakteri serta produk sampingan mikroba. Perubahan ini, terutama yang berkaitan dengan peradangan dan stres oksidatif, menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap kerusakan jantung.

"Bahan tambahan plastik seperti DEHP dan BPA dapat mengganggu fungsi endokrin dan jalur sinyal, yang berkorelasi dengan risiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung, peradangan, serangan jantung, angina, dan hipertensi," catat para penulis studi.

Secara keseluruhan, penulis studi mengatakan penelitian baru ini menunjukkan paparan plastik dapat menyebabkan stres oksidatif pada sistem kardiovaskular, yang menyebabkan penyakit kardiovaskular.

Langkah-langkah untuk mengurangi risiko dan paparan plastik

Sepanjang studi ini, para peneliti mengacu pada berbagai penelitian sebelumnya yang telah mengaitkan plastik dan mikroplastik dengan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. "Penelitian tentang BPA, bahan pembuat plastik yang umum, telah mengungkapkan bahwa kadar BPA yang sebenarnya dalam tubuh manusia mungkin puluhan kali lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya," tulis mereka. Paparan jangka panjang telah dikaitkan dengan berbagai hal, mulai dari gangguan hormon hingga peningkatan risiko kanker.

Namun, para peneliti tidak secara langsung merekomendasikan langkah-langkah spesifik yang harus diambil masyarakat berdasarkan temuan mereka. Para ahli kesehatan telah lama menyarankan untuk meminimalkan paparan terhadap wadah plastik dalam makanan dan minuman sebisa mungkin. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa dilakukan dengan lebih sering memasak di rumah serta memilih peralatan dan wadah penyimpanan berbahan kaca, kayu, atau baja tahan karat.

Yang paling krusial, sebagaimana disoroti dalam penelitian terbaru ini, adalah menghindari kebiasaan memanaskan makanan dalam wadah plastik sekali pakai. "Sebuah penelitian mengungkapkan memanaskan wadah plastik dalam microwave selama 3 menit dapat melepaskan sebanyak 4,22 juta mikroplastik per sentimeter persegi," penulis penelitian memperingatkan.

Jadikan ini sebagai pengingat untuk lebih memperhatikan kebiasaan memesan makanan bawa pulang, termasuk cara makanan dikemas dan dipanaskan, serta langkah-langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement