Kamis 13 Jun 2024 16:54 WIB

Jangan Sepelekan Migrain: Ancaman Tersembunyi di Balik Sakit Kepala Hebat

Di Indonesia, jumlah kasus baru penderita migrain mencapai 33 juta.

Rep: Indira Rezkisari/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang mengalami migrain (ilustrasi). Penyakit migrain tidak boleh dianggap sebagai sakit kepala sederhana.
Foto: Republika.co.id
Seseorang mengalami migrain (ilustrasi). Penyakit migrain tidak boleh dianggap sebagai sakit kepala sederhana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit migrain tidak boleh dianggap sebagai sakit kepala sederhana. Data Global Burden of Disease Study 2021 menemukan prevalensi kasus migrain dunia meningkat.

Penderita migrain dunia tercatat sebanyak 334,86 juta pada 1990. Jumlah tersebut naik menjadi 493,94 juta jiwa penderita pada 2021 atau terjadi peningkatan kasus sebanyak 48 persen.

Baca Juga

Di Indonesia, jumlah kasus baru penderita migrain bahkan mencapai 33 juta. Indonesia bersama India dan China bahkan menyumbang hingga 40 persen total jumlah kasus baru migrain dunia.

Dr dr Restu Susanti, SpN, SubspNN(K), MBiomed dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) menyebutkan, migrain merupakan nyeri kepala intensitas berat. Gejala migrain biasanya berupa nyeri kepala berdenyut pada satu atau dua sisi kepala, disertai mual muntah,

mengganggu aktivitas, dan dapat disertai sensitivitas terhadap cahaya maupun suara bising.

Kondisi migrain juga bisa menjadi lebih berat. "Migrain dengan frekuensi nyeri kepala lebih 15 hari per bulan, selama lebih dari tiga bulan, dengan gejala migrain minimal delapan hari disebut migrain kronis," kata dia dalam seminar daring bertajuk “Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa”, Kamis (13/6/2024).

Penyakit ini tidak bisa dianggap sepele karena memengaruhi kualitas hidup, menganggu kemampuan fungsional dalam pekerjaan, sekolah, rumah, dan interaksi sosial. Migrain juga dihubungkan dengan beban finansial yang cukup besar. Dr Restu mengungkap data, akibat migrain Amerika terjadi kehilangan biaya tahunan sekitar 24 juta dolar AS, Eropa 50-111 juta Euro, dan China menghabiskan dana sekitar 50-111 juta Euro karena migrain.

Ahli neurologi Perdosni dr Henry Riyanto Sofyan, SpN. SubspNN(K), menyebutkan migrain adalah kelainan neurologis yang tidak hanya menyebabkan sakit kepala. "Seringkali juga merupakan kumpulan gejala yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, yang disebabkan oleh perubahan kimiawi tubuh dan otak, dan faktor genetik yang merupakan penyebab separuh dari semua migrain," katanya.

Karena itu penting untuk memahami gejala migrain dan segera berkonsultasi ke faskes untuk mengendalikan migrain. Pasalnya, tidak cuma mengganggu karier penderita migrain, penyakit ini memengaruhi kehidupan pribadi penderitanya.

Penderita yang memiliki anak bisa terdampak pola pengasuhannya hingga mengganggu tumbuh kembang anak. Dari sisi kehidupan sosial, migrain bisa berujung pada masalah hubungan antarpasangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement