REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan pekerjaan dapat menyebabkan migrain. Duduk lama di depan komputer misalnya bisa jadi pencetus migrain. Belum lagi ditambah tekanan di tempat kerja yang menyebabkan stres.
Dr dr Restu Susanti, SpN, SubspNN(K), MBiomed dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) mengatakan salah satu cara mencegah migrain adalah dengan mengelola stres. "Cari tahun dulu apa yang memicu stres kita bangkit," katanya, dalam seminar daring bertajuk “Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa”, Kamis (13/6/2024).
Cara mengeloa stres tiap orang juga sangat personal. Dia menyebut, tidak ada upaya mengelola stres yang sama di tiap individu. Biasanya konsultasi ke dokter akan membantu pasien mengidentifikasi masalah pemicu stres kemudian mencari cara intervensi terbaik.
Sementara ahli neurologi Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) dr Henry Riyanto Sofyan, SpN SubspNN(K), mengajak mengenali alarm tubuh. Penderita migrain biasanya sudah mengetahui batasan kerja yang aman bagi mereka serta tanda-tanda gejala migrain dirasakan.
"Kalau saya, yang juga penderita migrain, kalau sudah empat jam depan komputer, itu nyeri kepala muncul. Ada pembatasan diri ketika alarm itu muncul," kata dia.
Namun, dia menekankan bahwa tanda kemunculan gejala migrain bisa berbeda-beda pada setiap orang. Selain beban kerja yang tinggi, Henry mengatakan, kemunculan gejala migrain juga bisa dipicu oleh kondisi lingkungan tempat bekerja, seperti plafon yang berjamur dan alas karpet yang berdebu.
Staf Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPN dr Cipto Mangunkusumo itu menganjurkan pengidap migrain melakukan peregangan di sela waktu kerja agar tubuh menjadi lebih rileks guna mencegah munculnya gejala migrain. "Misalnya dari Kemenkes ada program setiap jam 10.00 sama jam 12.00 ada aktivitas untuk menggerakkan badan, itu salah satu strategi bagaimana supaya tidak mendapatkan beban dari luar akibat bekerja yang terlalu monoton, kita juga harus ada relaksasinya," ujar Henry.
Selain itu, dia juga menyarankan pembatasan durasi menatap layar komputer tanpa henti maksimal selama dua jam. "Melihat komputer ada jeda setiap dua jam, melihat jauh atau melihat hal-hal yang hijau-hijau, misalnya kayak tumbuhan, supaya mengeluarkan beban pada saat bekerja," katanya.