Kamis 30 May 2024 21:46 WIB

Ingat Kasus Nimas dan Adi 'Neraka 10 Tahun'? Kisahnya akan Dibuat Film

Nimas tak pernah membayangkan kisahnya akan difilmkan.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Nimas. Kasus obsesi yang menimpa Nimas oleh Adi menjadi ramai di media sosial. Kisah Nimas dan Adi akan difilmkan oleh Soraya Intercine Films.
Foto: Dok. Soraya Intercine Films
Nimas. Kasus obsesi yang menimpa Nimas oleh Adi menjadi ramai di media sosial. Kisah Nimas dan Adi akan difilmkan oleh Soraya Intercine Films.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Nimas dan Adi baru-baru ini ramai di media sosial. Tak hanya warganet, kisah obsesi tersebut rupanya menarik perhatian rumah produksi Soraya Intercine Films. Kisah Nimas yang dikuntit seorang laki-laki bernama Adi selama 10 tahun akan segera difilmkan oleh Soraya Intercine Films.

"Nggak pernah membayangkan sama sekali kalau kisahku akan difilmkan karena tujuan untuk memviralkan kemarin adalah untuk memberi sanksi sosial pada pelaku,” kata Nimas, perempuan yang kisahnya akan diangkat ke dalam film, dikutip dari keterangan persnya, Kamis (30/5/2024).

Baca Juga

"Sekarang ada rezeki seperti ini ya aku alhamdulillah banget. Rezeki di luar ekspektasi,” ujarnya lagi.

Kisah tersebut bermula saat Nimas membagikan pengalaman tidak menyenangkannya itu di akun X (sebelumnya Twitter) pribadinya. Nimas bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang menguntit dirinya selama 10 tahun hingga cerita tersebut sempat viral di dunia maya dan memantik rasa kesal warganet.

Melalui cerita yang dibagikannya, Nimas ingin agar pelaku mendapat sanksi sosial dan jera sehingga tidak lagi menguntit dirinya. Namun, dia tidak menyangka bahwa tulisannya langsung mendapat respons positif dari pihak kepolisian untuk menindaklanjuti kasus tersebut.

Kini, kisahnya siap diadaptasi ke dalam film oleh rumah produksi Soraya Intercine Films. Dia pun bertemu dengan Produser Sunil Soraya untuk menyetujui tawaran adaptasi kisah hidupnya.

Keyakinan tersebut juga didorong oleh keinginannya untuk mengajak korban lain seperti dirinya agar lebih berani bicara. Baginya, film dapat digunakan sebagai media agar tidak ada lagi korban, terutama perempuan yang diam jika mengalami pengalaman serupa.

"Aku butuh wadah, butuh ruang untuk speak up masalahku dan keserahanku. Ini menjadi ruang untuk perempuan lain yang merasakan hal sama,” kata Nimas.

Dia menambahkan benang merahnya adalah menjadi perempuan, sudah lemah tidak bisa berbuat apa-apa, lemah dan bingung selalu disepelekan jadi akhirnya berjuang sendiri. "Tapi jangan pernah takut untuk bicara."

Jika film tersebut selesai diproduksi, Nimas berharap karya tersebut dapat menjadi bahan kajian di ranah akademik. Dia pun berharap tidak ada lagi pihak yang menyalahkan perempuan jika ada laki-laki atau oknum yang berlaku tidak sopan, termasuk melakukan tindakan menguntit seperti yang dialaminya.

"Menjadi perempuan itu nggak mudah, (ada laki-laki) dibaikin jadi obsesi. Dijahatin salah juga. Jadi, posisi perempuan itu sangat rawan, ada ketidakadilan sosial. Semoga film dari kasusku ini membuat orang jadi lebih open minded,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement