REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris asal India, Poonam Pandey, memalsukan kabar kematiannya untuk meningkatkan kesadaran akan kanker serviks. Akan tetapi, warganet menilai tindakan tersebut tidak benar dan melayangkan sejumlah kritik kepada sang bintang.
Insiden ini bermula saat Pandey dan agensinya bekerja sama membuat sebuah unggahan di akun Instagram Pandey. Unggahan tersebut hanya berisikan teks yang menyatakan bahwa Pandey telah meninggal dunia akibat kanker serviks.
"Di momen penuh duka ini, kami ingin meminta privasi untuk mengenang dirinya dengan penuh kasih," ungkap agensi Pandey melalui unggahan tersebut, sekitar tiga hari lalu.
Namun keesokan harinya, Pandey mengunggah sebuah video dirinya sendiri. Dalam video tersebut, Pandey menyatakan bahwa dia masih hidup dan dia tidak meninggal akibat kanker serviks. Akan tetapi, lanjut Pandey, ada ratusan hingga ribuan wanita lain yang harus kehilangan nyawa akibat kanker serviks.
"Tak seperti kanker lainnya, kanker serviks bisa dicegah. Kuncinya terletak pada vaksin HPV dan deteksi dini," lanjut Pandey sambil melanjutkan edukasinya mengenai kanker serviks.
Video tersebut mendapatkan respons yang beragam dari warganet. Di satu sisi, mereka merasa bahagia karena Pandey masih hidup dan sehat. Namun di sisi lain, mereka menilai gimmick atau aksi publisitas yang dilakukan oleh Pandey dan agensinya sangat buruk.
"Ini adalah cara paling konyol untuk mempromosikan sesuatu," ungkap seorang warganet di Instagram.
Aktris berusia 32 tahun tersebut menyadari bahwa keputusannya untuk memalsukan kematian demi meningkatkan kesadaran akan kanker serviks memang ekstrem. Akan tetapi, Pandey tidak menyesalinya karena cara yang dia lakukan ini benar-benar membuat banyak orang berbicara mengenai kanker serviks.
"Ya, saya memalsukan kematian saya, saya tahu itu ekstrim. Tapi seketika orang-orang bicara mengenai kanker serviks, kan? Saya bangga melihat apa yang bisa dicapai oleh kabar kematian saya," ungkap Pandey, seperti dilansir Aljazeera pada Senin (5/2/2024).
Terlepas dari pembelaan diri yang diberikan oleh Pandey, banyak warganet yang tetap merasa tidak setuju dengan tindakan Pandey tersebut. Menurut seorang warganet, memalsukan kematian dengan alasan ingin meningkatkan kesadaran akan sesuatu adalah hal yang tidak etis.
"Ini bukan hanya tidak etis tetapi juga manipulatif," ujar warganet tersebut.
Warganet lain mengatakan, cara yang dilakukan oleh Pandey bisa telah membuat kredibilitasnya rusak. Warganet juga menilai tindakan Pandey memalsukan kematiannya sangat mencederai orang-orang yang benar-benar kehilangan keluarga, pasangan, atau teman akibat kanker serviks.
"Cara yang sangat buruk untuk (meningkatkan kesadaran soal kanker serviks)," ujar sang warganet.
Kontroversi ini mendorong agensi Pandey, Schbang, untuk mengunggah permintaan maaf secara resmi. Agensi tersebut mengakui keterlibatan mereka di balik unggahan pengumuman kematian Pandey yang kontroversial.
Schbang lalu menyatakan bahwa Pandey juga memiliki pengalaman pribadi mengenai kanker. Menurut Schbang, ibu Pandey juga pernah bergelut dengan kanker sehingga Pandey paham benar mengenai pentingnya upaya pencegahan dan kesadaran yang tinggi akan kanker.
"Terlebih ketika ada vaksin yang tersedia (untuk mencegah kanker)," ungkap Schbang, seperti dilansir Times of India.