REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Antioxidants menemukan bahwa merokok dapat berdampak negatif pada kualitas air mani (cairan ejakulat) dengan menginduksi respons stres pada sel sperma.
Infertilitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama, mempengaruhi 8-12 persen pasangan usia subur di seluruh dunia. Infertilitas pria merupakan faktor penyebab signifikan pada hampir 50 persen kasus infertilitas.
Cacat genetik, hormonal, dan sistem reproduksi merupakan penyebab utama infertilitas pria. Selain itu, beberapa faktor gaya hidup, seperti merokok dan konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, dan kebiasaan makan yang buruk, dapat menurunkan kualitas air mani dan menyebabkan kerusakan DNA sperma dengan memicu stres oksidatif dan peradangan.
Dalam studi ini, para ilmuwan telah mengeksplorasi pengaruh beberapa faktor gaya hidup terhadap parameter air mani dan menentukan aktivasi jalur respons stres dalam sel sperma sebagai respons terhadap kondisi stres.
Sebanyak 30 peserta studi pria sehat usia reproduksi direkrut untuk penelitian di sebuah rumah sakit di Portugal. Wawancara tatap muka dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari para peserta tentang karakteristik demografi, status sosial ekonomi, kebiasaan makan, dan gaya hidup mereka. Informasi terkait kesehatan reproduksi juga dikumpulkan dari para peserta.
Sampel air mani yang diberikan peserta dianalisis untuk kualitas air mani secara keseluruhan (volume, konsentrasi, jumlah total, motilitas total, dan morfologi) serta motilitas, konsentrasi, dan morfologi sperma. Selain itu, ekspresi enzim antioksidan dan protein heat-shock (HSP) diperiksa dalam sel sperma untuk mempelajari aktivasi jalur respons stres.
Pengamatan penting
Dikutip dari Medical News.net, Senin (9/10/2023), di antara peserta penelitian, 47 persen, 53 persen, dan 57 persen masing-masing melaporkan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik secara teratur. Sekitar 37 persen, 40 persen, dan 27 persen peserta masing-masing memiliki konsentrasi sperma, jumlah sperma, dan motilitas progresif sperma di bawah nilai referensi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sekitar 47 persen peserta memiliki setidaknya satu parameter kualitas air mani di bawah nilai referensi.
Dari segi pola makan, minuman yang paling sering dikonsumsi adalah kopi (77 persen), disusul air minum kemasan (64 persen). Sekitar 90 persen peserta melaporkan mengonsumsi sayur segar, buah-buahan, atau jus buah 1-3 kali per pekan atau setiap hari. Sekitar 60 persen peserta melaporkan mengonsumsi telur, unggas, dan ikan segar atau beku rata-rata 1-3 kali per pekan.
Hubungan antara faktor gaya hidup dan kualitas air mani
Di antara berbagai faktor gaya hidup, termasuk merokok, konsumsi alkohol, pola makan, dan aktivitas fisik, hanya merokok yang berdampak negatif secara signifikan terhadap parameter kualitas air mani. Secara khusus, volume air mani dan jumlah sperma total lebih rendah secara signifikan pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Penurunan morfologi sperma normal dan motilitas total sperma yang tidak signifikan terjadi pada perokok dibandingkan dengan non-perokok.
Studi tersebut menyoroti dampak negatif merokok terhadap kualitas sperma. Kualitas sperma yang buruk merupakan faktor utama penyebab infertilitas pria. Studi tersebut juga menunjukkan aktivasi respon kejutan panas pada sel sperma akibat merokok. Penurunan kualitas sperma akibat merokok mungkin disebabkan oleh peningkatan agregasi protein dalam sel sperma dan selanjutnya aktivasi jalur respons stres.