Ahad 24 Aug 2025 13:58 WIB

Psikolog Ungkap Tayangan TV yang Tepat untuk Anak Berdasarkan Usia

WHO dan dokter anak dunia juga merekomendasikan nol waktu layar untuk balita.

Anak menonton (ilustrasi). Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia Ratih Zulhaqqi dan Vera Itabiliana Hadiwidjojo membagikan kriteria-kriteria tayangan televisi yang tepat untuk anak berdasarkan usianya.
Foto: Dok Freepik
Anak menonton (ilustrasi). Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia Ratih Zulhaqqi dan Vera Itabiliana Hadiwidjojo membagikan kriteria-kriteria tayangan televisi yang tepat untuk anak berdasarkan usianya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia Ratih Zulhaqqi dan Vera Itabiliana Hadiwidjojo membagikan kriteria-kriteria tayangan televisi yang tepat untuk anak berdasarkan usianya. Anak hingga usia 2 tahun disarankan tidak menonton televisi sama sekali.

“Bisa positif dan negatif (dampak tayangan TV pada anak),” kata Vera dihubungi dari Jakarta, Ahad (24/8/2025).

Baca Juga

Vera mengungkap, tayangan yang tepat memiliki beberapa kriteria, yakni memiliki nilai edukatif dan moral yang positif, sesuai dengan tahap perkembangan anak, dan menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.

“Tayangan untuk anak juga baiknya menampilkan alur yang sederhana, visual yang ramah anak, dan tidak berlebihan dalam konflik atau efek visual,” imbuhnya.

Sementara itu, tayangan yang perlu dihindari salah satunya yang mengandung kekerasan, konten seksual, mistis berlebihan, atau perilaku antisosial.

“Pola asuh atau interaksi salah tanpa ada pelurusan dari orang tua juga perlu dihindari, kemudian iklan konsumtif berlebihan, seperti produk makanan tak sehat atau mainan mahal juga tidak baik,” ujar Vera.

Sementara itu, Ratih mengungkap, alur cerita yang terlalu cepat juga tidak baik, sebab berisiko menimbulkan overstimulasi dan kesulitan anak membedakan realitas dengan fantasi.

“Anak itu butuh jeda untuk memproses informasi yang mereka miliki. Jadi jangan menonton yang durasinya terlalu lama sehingga akhirnya yang dia lakukan hanya perilaku monoton dan menonton,” kata Ratih.

Kedua psikolog ini sepakat bahwa peran orang tua sangat penting dalam membentuk kebiasaan menonton anak.

Mereka menyarankan beberapa strategi efektif, pertama, buat aturan waktu menonton yang jelas. Untuk anak usia sekolah, beri waktu 1–2 jam per hari.

“Untuk anak di bawah 2 tahun sebaiknya tidak terpapar TV sama sekali. Anak usia ini butuh stimulasi langsung dari interaksi nyata dua arah, bukan layar satu arah,” jelas Vera.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement