Rabu 23 Jul 2025 22:09 WIB

Merokok Duduki Posisi 3 Besar Faktor Risiko Utama Penyebab Penyakit

Perokok aktif rentan mengalami sejumlah penyakit di antaranya stroke dan jantung.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Berhenti merokok (ilustrasi). Merokok menduduki posisi tiga besar faktor risiko utama penyebab penyakit, baik di Tanah Air maupun secara global.
Foto: Boldsky
Berhenti merokok (ilustrasi). Merokok menduduki posisi tiga besar faktor risiko utama penyebab penyakit, baik di Tanah Air maupun secara global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Data terbaru dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, merokok menduduki posisi tiga besar faktor risiko utama penyebab penyakit, baik di Tanah Air maupun secara global. Pernyataan ini disampaikan oleh Benget Saragih, Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau dan Penyakit Paru Direktorat Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dalam sebuah workshop media bertajuk "Advokasi Tobacco Tax dan Tobacco Control" di Jakarta, Rabu (23/6/2025).

Baca Juga

Bersama tekanan darah tinggi dan gula darah tinggi, rokok menjadi pemicu utama beban penyakit yang harus ditanggung negara.

Dampak buruk rokok bagi perokok aktif bukanlah isapan jempol belaka. Benget mengatakan kebiasaan merokok dapat memicu berbagai penyakit mematikan.

"Perokok aktif rentan mengalami sejumlah penyakit, di antaranya stroke iskemik, penyakit cardiovascular, penyakit jantung, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), hingga kanker paru," ujarnya.

Ancaman kanker paru khususnya, sangat nyata bagi para perokok. "Risiko kanker paru 8,9 kali lebih tinggi pada perokok dibandingkan yang tidak merokok," kata Benget.

Fakta ini diperkuat dengan data yang menunjukkan bahwa 84,6 persen kasus kanker paru pada laki-laki disebabkan oleh perilaku merokok. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari banyaknya nyawa yang terenggut akibat kebiasaan ini.

Lebih mengkhawatirkan lagi, ancaman rokok kini semakin merambah ke kalangan usia muda. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi perokok aktif di Indonesia mencapai 63,1 juta orang. Dari jumlah fantastis tersebut, 7,4 persen di antaranya adalah kelompok usia 10 hingga 18 tahun, yang mayoritas adalah anak-anak dan remaja.

"Survei Kesehatan Indonesia, 7,4 persen perokok anak, tapi secara absolut itu jumlah perokok anak meningkat 5,9 juta orang," kata Benget.

Data SKI 2023 juga mengungkap tren yang sangat mengkhawatirkan yaitu usia perokok pemula semakin muda. Tercatat, 2,6 persen perokok anak bahkan berusia antara 4 hingga 9 tahun. Angka ini melonjak tajam pada kelompok usia 10-14 tahun, mencapai 44,7 persen, dan semakin mendominasi pada usia 15-19 tahun dengan 52,8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement