Kamis 10 Jul 2025 07:42 WIB

Kasus Kanker Paru pada Non Perokok Meningkat, Wanita dan Anak Paling Rentan

Risiko kanker paru lebih besar jika terpapar sejak masa kanak-kanak.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Kanker paru (ilustrasi). Kanker paru-paru kini bukan lagi penyakit yang hanya mengintai para perokok.
Foto: Republika
Kanker paru (ilustrasi). Kanker paru-paru kini bukan lagi penyakit yang hanya mengintai para perokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker paru-paru kini bukan lagi penyakit yang hanya mengintai para perokok. Fenomena meningkatnya kanker paru pada individu yang tidak pernah merokok atau dikenal sebagai Lung Cancer in Never Smokers (LC/NS) menjadi perhatian serius, terutama karena banyak menyerang wanita dan anak muda.

Pakar pulmonologi dan kedokteran respirasi dari IPB University, dr Desdiani SpP, mengatakan sekitar 15 hingga 25 persen kasus kanker paru terjadi pada orang yang tidak pernah merokok. "Risiko kanker paru lebih besar jika terpapar sejak masa kanak-kanak dibandingkan saat dewasa," kata dia dalam keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (10/7/2025).

Baca Juga

Menurutnya, penyebab utama kanker paru pada non-perokok adalah paparan asap rokok orang lain (Second Hand Smoke/SHS) dan residu rokok yang menempel di permukaan benda (Third Hand Smoke/THS). la menjelaskan, paparan asap rokok dari lingkungan rumah tangga atau tempat kerja sangat berdampak, terutama bagi wanita non-perokok. Sejumlah studi dari Asia, Eropa, dan Amerika Utara telah membuktikan hubungan antara SHS dan kanker paru. Paparan ini bahkan bisa menyebabkan mutasi gen EGFR-yang umum ditemukan pada pasien kanker paru non-perokok.

Sementara itu, THS tak kalah berbahaya. Residu asap rokok bisa menempel di pakaian, dinding, lantai, dan bertahan hingga bertahun-tahun. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan.

"Anak-anak paling berisiko karena sering kontak dengan permukaan rumah. Residu ini dapat menyebabkan kerusakan DNA," ujar dr Desdiani.

Selain itu, polusi udara terutama partikel halus PM2.5 juga berperan besar. Partikel tersebut mengandung senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) seperti benzopyrene, yang telah diklasifikasikan sebagai zat karsinogen oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC).

Salah satu tantangan utama kanker paru pada non-perokok adalah deteksi dini. Gejala seperti batuk kering berkepanjangan, sesak napas, dan nyeri dada biasanya baru muncul saat kanker sudah dalam tahap lanjut.

"Kalau ada tumor 1 centimeter di paru, kita bisa tidak menyadarinya karena belum menekan saluran napas," kata dia. Untuk mendeteksi secara dini, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan skrining mandiri melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile dari Kementerian Kesehatan RI guna menilai faktor risiko.

 

 

Gumanti Awaliyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement