Jumat 11 Jul 2025 09:27 WIB

Paparan Asap Minyak Goreng Berisiko Picu Kanker Paru Wanita

Penggunaan ekstraktor asap saat memasak merupakan langkah kritis.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Menumis (ilustrasi). Paparan asap minyak goreng terutama saat proses menumis tanpa alat penghisap asap disebut secara signifikan meningkatkan risiko kanker paru pada wanita.
Foto: Dok. Freepik
Menumis (ilustrasi). Paparan asap minyak goreng terutama saat proses menumis tanpa alat penghisap asap disebut secara signifikan meningkatkan risiko kanker paru pada wanita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan asap minyak goreng terutama saat proses menumis tanpa alat penghisap asap disebut secara signifikan meningkatkan risiko kanker paru pada wanita, baik yang merokok maupun yang tidak. Temuan ini mengacu pada hasil metaanalisis terhadap 23 studi ilmiah yang dipaparkan oleh pakar kesehatan pernapasan dari IPB University, Dr dr Desdiani.

"Sebuah meta-analisis terbaru dari 23 studi menemukan bahwa asap minyak goreng dikaitkan dengan risiko kanker paru di kalangan wanita tanpa memandang status merokok," ungkap dosen Fakultas Kedokteran IPB University ini dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (10/7/2025).

Baca Juga

Dalam 23 studi tersebut, berbagai jenis minyak goreng juga ditelaah. Hasilnya, peningkatan risiko kanker paru dilaporkan pada penggunaan minyak lobak dibandingkan dengan minyak biji rami, serta minyak lemak babi dibandingkan dengan minyak sayur. Studi epidemiologis di beberapa negara Asia, seperti China, Taiwan, dan Singapura, menunjukkan hasil yang konsisten bahwa paparan asap minyak goreng, terutama tanpa adanya ventilasi atau alat penghisap asap, berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kanker paru. Dr Desdiani juga menguraikan mekanisme kerusakan sel yang ditimbulkan oleh asap tersebut. Salah satu senyawa mutagenik utama dalam asap minyak goreng, trans trans-2,4-decadienal (tt-2,4-DDE), telah terbukti mengurangi tingkat kelangsungan hidup sel eritroleukemia manusia dan menyebabkan kerusakan oksidatif yang signifikan pada DNA kromosom.

Selain itu, senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) yang terbentuk saat minyak goreng dipanaskan pada suhu tinggi juga diidentifikasi sebagai faktor karsinogenik utama. Risiko ini dinilai sangat relevan di kawasan Asia, mengingat banyak perempuan yang masih aktif memasak di rumah tanpa perlindungan memadai terhadap asap.

"Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) yang berasal dari minyak goreng yang dipanaskan pada suhu tinggi bisa menjadi faktor penyebab Lung Cancer in Never Smokers (LCINS), khususnya di kalangan perempuan Asia," jelas dr Desdiani.

Sebagai langkah pencegahan, ia menekankan pentingnya mitigasi terhadap paparan asap. Penggunaan ekstraktor asap saat memasak merupakan langkah kritis. Selain itu, ía juga menganjurkan penggunaan metode memasak alternatif selain menumis guna mengurangi paparan senyawa karsinogenik dari minyak yang dipanaskan.

"Untuk mengurangi risiko kanker paru yang tidak disadari banyak orang, penting memberi edukasi dan perubahan kebiasaan memasak, khususnya di lingkungan rumah tangga," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement