REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes mellitus atau gangguan metabolisme yang menyebabkan tingginya kadar gula darah menjadi di atas normal bisa menyerang siapa saja. Perempuan dan laki-laki dari segala usia dapat mengidap kondisi yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis itu.
Pada perempuan, diabetes perlu lebih diwaspadai, sebab dapat memengaruhi fertilitas dan kehamilan. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes, Yuanita Asri Langi, menjelaskan, fertilitas pada perempuan didefinisikan sebagai kemampuan seorang perempuan untuk hamil secara alamiah dan melahirkan bayi.
"Diabetes mellitus bisa mengganggu kualitas fertilitas pada perempuan, bahkan bisa terjadi infertilitas," kata Yuanita saat menjadi pembicara di acara "Perempuan Bicara Diabetes" yang diselenggarakan Diabetes Initiative Indonesia (DIID) di Prodia Tower, Jakarta Pusat, Ahad (4/6/2023).
Diabetes mellitus yang tidak terkendali bisa meningkatkan risiko turunnya libido, vagina kering, nyeri saat berhubungan seksual, dan gangguan orgasme. Infeksi saluran kencing, munculnya jamur di vagina, menstruasi yang terlambat atau abnormal, menopause lebih awal, dan gangguan kinerja sel secara umum juga merupakan sejumlah efeknya.
Infertilitas atau kegagalan hamil pada perempuan dibedakan menjadi dua kategori. Ada kategori di mana pasien berusia kurang dari 35 tahun, yang tidak kunjung hamil dengan hubungan seksual tanpa kontrasepsi selama 12 bulan. Sementara, pada perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun, tidak kunjung hamil setelah hubungan seksual tanpa kontrasepsi selama enam bulan.
"Infertilitas terjadi pada 15 persen pasangan," ujar Yuanita.
Efek Diabetes pada Kehamilan
Karena itu, diabetes perlu dikelola dan ditangani dengan baik. Begitu juga terkait imbas diabetes terhadap kehamilan. Dokter yang praktik di RSUP Kandou Manado itu menyampaikan, terdapat banyak pembuluh darah pada vagina dan rahim.
Pembuluh darah itu akan semakin aktif saat kehamilan. Artinya, aliran darah ibu dengan diabetes dengan kadar gula darah tinggi bisa memengaruhi proses kehamilan dan proses perkembangan janin dalam kandungan. Karena itu, ibu hamil yang mengidap diabetes memerlukan penanganan khusus.
Yuanita memaparkan, terdapat dua kondisi umum ibu hamil dengan diabetes. Pertama adalah diabetes gestasional, yakni seseorang yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Namun, setelah mengandung, gula darahnya naik ke tingkatan di atas rata-rata gula darah ibu hamil.
Padahal, glukosa merupakan salah satu sumber nutrisi utama bagi janin, selain asam amino. Glukosa langsung masuk ke plasenta. Pada janin di atas enam bulan yang terpapar kadar glukosa darah terlalu tinggi, bisa membuat janin menjadi terlampau besar saat dilahirkan.
Dampak jangka pendek diabetes gestasional antara lain preeklamsia, persalinan sulit, atau persalinan sesar. Dalam jangka panjang, bisa berisiko diabetes gestasional di kehamilan selanjutnya, atau bayi lahir prematur.
"Perlu dipantau hingga tiga tahun karena bisa berisiko menjadi diabetes mellitus," ucap Yuanita.