Senin 13 Jun 2022 15:37 WIB

Lebih Baik Mana, Hitung Kalori atau Diet Karbohidrat? Ini Kata Pakar

Pakar sarankan hal yang baik dilakukan bagi para obesitas untuk turunkan berat badan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Pakar sarankan hal yang baik dilakukan bagi para obesitas untuk turunkan berat badan.
Foto: www.freepik.com
Pakar sarankan hal yang baik dilakukan bagi para obesitas untuk turunkan berat badan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 40 persen orang dewasa Amerika dianggap obesitas, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Saat ini, sekelompok dokter dan ilmuwan obesitas berpendapat bahwa pembatasan kalori dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.

“Tubuh melawan ketika orang makan lebih sedikit,” kata Dr David Ludwig, Profesor Nutrisi di Harvard School of Public Health, yang memimpin tim, seperti dikutip dari laman Today, Senin (13/6/2022).

Baca Juga

Membatasi kalori tidak hanya menyebabkan orang menjadi lebih lapar, tetapi juga memperlambat metabolisme. Sementara orang dapat menurunkan berat badan dalam jangka pendek, sangat sedikit yang bisa mengabaikan rasa lapar dan berjuang melalui masalah metabolisme untuk mempertahankan penurunan berat badan.

Kepada laman Today, Ludwig mengatakan sebaliknya, ia dan rekan-rekannya menyarankan pendekatan baru yakni lewat apa yang mereka sebut sebagai model karbohidrat-insulin. Jika makan berlebihan tidak memicu obesitas, berhentilah menghitung kalori dan kurangi saja karbohidrat untuk mengontrol kadar insulin.

“Insulin Anda dapat menganggapnya sebagai pupuk sel lemak terbaik. Terlalu banyak insulin, sel-sel lemak diprogram untuk menimbun kalori. Jadi tidak terlalu banyak kalori dalam aliran darah,” kata Ludwig lagi.

Diet rendah karbohidrat telah menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar melibatkan pengurangan karbohidrat olahan, termasuk roti, nasi, dan permen. Sebaliknya, fokusnya adalah pada protein dan lemak sehat, seperti alpukat dan kacang-kacangan.

Diet ketogenik yang populer adalah bentuk yang lebih ekstrem, membatasi karbohidrat antara 30 dan 50 gram sehari. Hal itu menjadi tantangan bagi banyak orang Amerika mengingat satu bagel memiliki 48 gram karbohidrat saja. Tetapi penelitian lebih lanjut telah menemukan diet rendah karbohidrat tidak hanya efektif, tetapi juga berkelanjutan.

Jennifer Haines (42 tahun) pernah mengalami kelebihan berat badan, lalu bergabung dengan penelitian yang dijalankan oleh peneliti Jeff Volek, profesor di departemen ilmu manusia Ohio State University. Volek telah mempelajari diet rendah karbohidrat selama 25 tahun. Diet rendah karbohidrat yang dilakukan, menunjukkan perbedaan enam pekan kemudian.

“Tubuh merespon dengan cara yang sangat elegan. Ketika Anda membatasi karbohidrat, tubuh menjadi sangat baik dalam membakar lemak tubuhnya sendiri karena tidak memiliki banyak gula untuk dibakar sebagai bahan bakar,” kata Volek.

Ketika orang mendapatkan diet yang benar dengan membatasi karbohidrat, konsumsi protein dalam jumlah sedang bersama lemak, akan membantu cepat kenyang dan secara alami membatasi kalori tanpa harus menghitungnya. Studi Volek telah menemukan orang-orang yang menjalani diet rendah karbohidrat dapat kehilangan lebih dari 10 persen dari berat badan mereka sekaligus mempertahankannya. 

Dokter sering menganggap orang kelebihan berat badan karena mereka makan terlalu banyak atau memiliki kemauan rendah. Pendekatan ini menghilangkan kesalahan pasien dan memandang obesitas sebagai masalah biologis, dengan fokus pada pengaturan hormon insulin.

Volek dan timnya juga mempelajari manfaat diet rendah karbohidrat pada penyakit dan kondisi lain, termasuk untuk beberapa jenis kanker, serta untuk kesehatan mental. Tergantung pada versi rencana makan yang mana, apakah itu keto atau hanya diet rendah karbohidrat.

Seperti biasa, konsultasi dengan dokter untuk memastikan rencana makan yang tepat. Sebab, tidak ada diet yang bisa satu formula antara satu sama lain. Hal terbaik adalah yang bisa dipertahankan dalam jangka panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement