Dalam studi tersebut, peneliti menganalisis riwayat imunisasi DPT dan data pengetesan Covid-19 dari 103.049 partisipan. Mereka yang menerima booster vaksin difteri, pertusis, atau tetanus cenderung berusia lebih muda dan berasal dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi.

Hasil studi menunjukkan bahwa individu yang menerima booster vaksin tetanus atau difteri dalam kurun waktu 10 tahun terakhir cenderung menunjukkan hasil tes Covid-19 yang negatif. Selain itu, peneliti juga menemukan adanya hubungan signifikan antara booster kedua vaksin tersebut dengan tingkat keparahan Covid-19.

Menurut studi terbaru ini, individu yang pernah menerima booster tetanus memiliki risiko mengalami Covid-19 berat sekitar 50 persen lebih rendah. Mereka yang pernah menerima booster vaksin difteri juga memiliki risiko 54 persen lebih rendah untuk mengalami Covid-19 ebrat.

"Tak ada perbedaan signifikan pada kecenderungan hasil tes positif atau mengalami kasus berat dengan vaksin pertusis," jelas peneliti.

Ikuti Whatsapp Channel Republika