Para anak gimbal ini oleh masyarakat dipercaya sebagai titisan Kyai Kolo Dete. Ia merupakan leluhur Dieng yang hidup sejak abad ke-14.
Awalnya mereka adalah anak biasa, namun pada satu waktu rambut mereka akan menjadi gimbal jika mereka merupakan anak yang "terpilih". Karena itu proses pemotongan juga tidak bisa sembarangan dilakukan, namun dengan syarat khusus.
Diantara syarat khusus tersebut, adalah permintaan anak-anak itu yang terkadang sangat unik. Termasuk pada Dieng Culture Festival 2018 yang memasuki penyelenggaraan tahun ke-9 kemarin.
Zalia Kiranya Zalia Widardo (4 tahun) misalnya. Ia memiliki permintaan es krim rasa cokelat. Selanjutnya Laela Handayani (6 tahun) dari Cikampek, Jawa Barat, meminta tablet untuk mainan bergambar apel.
Foto aerial Kompleksi Candi Arjuna di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, saat acara Dieng Culture Festival 2018
Adapun anak ketiga, Nadhira Thafana Pramarsetyo, 4 tahun meminta ikan lele satu ekor. Anak keempat, Aulia Malihatunisa, 7 tahun, memiliki permohonan ponsel, sepeda, boneka, dan baju muslim.
Fitria Nur Rahmadzani, yakni anak kelima, 8 tahun, meminta sepeda, bakso, wortel, burung kenari, ayam, dan tempe gembus. Lain lagi dengan anak keenam, Mysha Kirana Saputra, 5 tahun, meminta tiga ekor entok dan sepatu roda.
Anak ketujuh, Salwa Khoirun Nisa, 7 tahun, meminta kerupuk rambak dan permen yupi masing-masing dua bungkus. Lantas anak kedelapan, Nibaul Khasanah, 6 tahun, meminta sepeda warna merah jambu dan sepatu sekolah lengkap dengan kaus kakinya.