Sedangkan anak kesembilan, yakni Elsa Fitriani, 9 tahun, meminta roti regal bermerek Mari sebanyak dua bungkus besar dan kambing jantan. Kemudian anak kesepuluh, Nurlela Herawati, 12 tahun, meminta kue bolu black forest. Anak kesebelas, alias anak terakhir, Puput Cahyaningsih, 7 tahun, meminta ponsel dan mercon.
Tidak sedikit wisatawan yang tersenyum mendengar permintaan para anak gimbal. Tapi inilah budaya turun-menurun yang ada dan dipercaya masyarakat.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, Dieng Culture Festival merupakan salah satu bentuk budaya yang begitu kuat di masyarakat, yang kemudian dikemas dengan baik sehingga memberikan nilai lebih. Dalam hal ini pariwisata, sehingga menarik minat banyak wisatawan.
Salah satu anak gimbal mengangkat permintaan khususnya, es krim coklat usai prosesi pemotongan rambut di ajang Dieng Culture Festival 2018
"Banyak wisatawan yang datang bahkan dua sampai tiga kali. Mereka menunggu-nunggu prosesi budaya pemotongan rambut anak gimbal, juga menikmati jazz di atas awan," ujar Ganjar.
Setiap tahunnya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa selaku pengelola acara juga menjalankan acara ini semakin baik.
Ganjar mengatakan, adanya permintaan yang unik dari para anak merupakan sebuah imajinasi yang tidak diketahui orang tua. Tapi itulah imajinasi anak-anak.
"Secara kultural menarik, biarkan jadi misteri. Bapak ibu bisa mengeksplorasi apa yang ada di balik ini. Kami akan dorong terus pariwisata sebagai potensi ekonomi baru," ujar Ganjar.