REPUBLIKA.CO.ID, Dokter Spesialis Gizi Klinis dari FKUI-RSCM, Dr Inge Permadi, SpGK mengatakan walaupun pasta pada dasarnya sebagai sumber karbohidrat tentu saja protein tetap harus ditambah. Melahap pasta begitu saja belum menjadikannya sumber gizi yang seimbang. Agar menu makanan bernutrisi lengkap, faktor sayur serta serat lain masih harus ditambahkan.
“Sebenarnya itu merupakan hal-hal yang harus ditambahkan pada pasta supaya menjadi makanan lengkap,” ujarnya kepada Republika.co.id. Misalnya pasta ditambah dengan bola-bola daging, sama dengan memberikan protein dan lemak ke makanan. Sebagai pelengkap tambahkan juga brokoli.
Kemudian ada pasta yang dimasak dengan saus dari susu, seperti carbonara. Susu adalah sumber protein.
Bagaimana dengan tambahan keju dan saus? Inge mengatakan keju merupakan sumber protein. Jadi tidak masalah. Tapi kalau saus yang sudah jadi, kandungan garamnya cukup tinggi walaupun dia dibikin dari tomat yang masih bagus. “Jadi sebaiknya penggunaan saus kurangi,” ujarnya.
Menurut Inge, makanan lebih sehat jika dibuat di dapur ibu bukan berasal dari kalengan yang umumnya berpengawet. “Kalau dari dapur semua bahan masih segar,” ujarnya.
Untuk komposisi, perhitungannya tetap saja memakai prinsip porsi makan sehat. Dimana dalam satu piring terdiri dari seperempat karbohidrat, seperempat lagi protein hewani, dan juga ada lemak hewani, kemudian setengahnya buah dan sayur. Jadi, walaupun isi piring sudah mencakup pasta, daging, dan sayur. Tetap harus mengonsumsi buah potong saat berbuka untuk menemani si pasta itu tadi.
“Untuk makanan sehat, di luar dia sudah ada karbohidratnya, proteinnya dan lemaknya, buah dan sayur merupakan emas, harus,” tegasnya seraya menambahkan untuk minumnya, cukup air putih saja sudah sehat.
Inge menegaskan harusnya makan pasta mengikuti prinsip itu. Tapi kenyataannnya pastanya lebih banyak. “Itu betul karena lapar, makanya saat buka, disarankan konsumsi makanan dan minuman yang cukup manis untuk menaikkan kadar gula darah, dan biasanya ada sedikit rasa kenyang, baru selesai tarawih baru enak makannya, walaupun ada juga orang yang habis shalat maghrib makan, tapi yah tergantung kesenangan orang, tidak ada masalah habis buka atau tarawihnya, pada prinsipnya kita bisa memenuhi makanan kita, kebutuhan kita itu saaat sahur dan berbuka,” paparnya.
Belum lagi ada yang kerap makan pasta dicampur dengan nasi. Ada orang yang masuk golongan perut nasi seperti dokter Inge sendiri. Karena sudah kebiasaan makan nasi, jadi pastanya sedikit sekali, ditambah nasi yang banyak. Pasta malah jadi menu, jadi lauknya.
“Karena itu sebenarnya kebiasaan, kalau saya makan mi saja, perutnya enggak mantap, harus nasi, padahal itu sebagai sumber karbohidrat, seharusnya kalau sudah makan pasta tidak perlu pakai nasi, karena dia merupakan sumber karbohidrat,” ujarnya.