Senin 04 Apr 2016 08:16 WIB

Ini yang Bisa Dilakukan Ortu Saat Anak Divonis Autisme

Seorang pria merawat anak dengan autisme di Beijing, Cina. Gangguan autisme lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki daripada perempuan.
Foto: EPA
Seorang pria merawat anak dengan autisme di Beijing, Cina. Gangguan autisme lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki daripada perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika anak sudah divonis oleh dokter memiliki kemungkinan autisme, maka orang tua harus berbesar hati. Hingga saat ini apa yang menjadi penyebab gangguan spektrum autisme pada manusia belum diketahui secara pasti.

Berbagai penelitian menyebut ada faktor genetik, gangguan neurologis serta biokimia di otak anak dengan autisme. Menjadikan anak-anak dengan autisme tumbuh berbeda dengan anak sebayanya. Dokter spesialis kesehatan jiwa dan konsultan psikiatri anak dan remaja RS Pondok Indah dr Ika Widyawati, Sp KJ(K) mengatakan autisme ibarat puzzle dengan potongan yang belum ditemukan.

"Ketika ini terjadi jangan saling menyalahkan antarorang tua," ujar Ika. Puluhan tahun berpraktik sebagai dokter tumbuh kembang anak, Ika banyak melihat perpisahan keluarga akibat anak autisme.

Menghadapi emosi serta tidak menyangkal perasaan adalah langkah pertama yang bisa dilakukan orang tua. Alasannya, untuk bisa menerima kondisi anak orang tua harus lebih dulu menguasai perasaannya.

"Kemudian hadapi fakta kalau kondisi anak membutuhkan orang untuk mendukung proses penangangannya," ujar Ika. Ia menyarankan orang tua bertanya pada tenaga profesional tentang autisme, hingga membaca buku seputar itu. Bahkan bergabung dengan kelompok orang tua yang memiliki masalah yang sama.

Orang tua disebut Ika sebagai pilar tumbuh kembang anak. Orang tua yang mau terlibat dalam urusan anaknya, dipastikan anak melihat perkembangan anaknya meski menyandang autisme.

Ika berharap juga orang tua tidak takut dengan pemberian obat bagi anak autisme. Dokter yang juga pendiri Yayasan Autisma Indonesia ini mengatakan pemberian obat umumnya berfungsi melatih jaringan yang perlu terhubung dalam otak. Ika menegaskan, autisme bukan masalah yang bisa disembuhkan tapi dapat diperbaiki agar kualitas hidup anak membaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement