Kamis 31 Mar 2016 08:56 WIB

Psikolog Bagi Kiat Cetak Anak Hebat

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Anak-anak bermain di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pulo Gundul di Jalan Kramat, Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (17/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Anak-anak bermain di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pulo Gundul di Jalan Kramat, Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, Apa definisi anak hebat bagi Anda para orang tua? Apakah anak yang berprestasi dalam bidang akademik saja?

Kebanyakan orang tua beranggapan anak hebat adalah anak yang pintar secara akademis. Padahal, anak hebat adalah anak yang memenuhi tiga kriteria.

“Anak hebat cirinya ada tiga kriteria, pertama sehat fisik, tentu ya, kalau nggak sehat fisik, nggak bisa ke mana-mana. Yang kedua cerdas secara intelektual, kemampuan berpikir. Dan ketiga kompeten alias cerdas secara emosi dan sosial,” jelas psikolog, Roslina Verauli, M.psi dalam konferensi pers kampanye Bebehero yang diselenggarakan Bebelac, Selasa (29/3).

Untuk membentuk anak hebat yang berkarakter seperti hero atau pahlawan, perempuan yang akrab disapa Vera mengatakan anak belajar ini semua dari awal kehidupan anak dirumah. Dari siapa? Orang tua terutama oleh ibunya.

Untuk menjadikan anak hebat, orang tua bisa memberikan stimulasi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya membantu bereskan tempat tidur, menyapu, atau pekerjaan rumah lainnya. “Ternyata anak yang diminta bantuan urusan rumah tangga dari suatu riset ditemukan bahwa anak jadi peka secara emosional dan lebih handal dan terampil secara sosial, anak yang cerdas secara emosional, secara sosial lebih populer di usianya,” jelasnya.

Ini adalah penelitian yang dipaparkan di Forbes, ketika dewasa nanti anak-anak yang kompeten secara sosial emosional, menurut theory of mind, akan menjadi orang yang efektif efisien dalam bekerja.

Cara yang paling utama anak itu melihat aksi-aksi orang tuanya dari dini. Jadi mereka akan melihat ibunya melakukan apa. Misalnya berbagi dengan tetangga, itu yang di jadikan anak value buat dia. Tindakan itu yang kelak akan ditiru.

Namun, lanjutnya, jadi model saja tidak cukup, berikan contoh saja tidak cukup. Anak butuh dipuji ketika menampilkan hal baik. Anak juga perlu diberi kesempatan melakukan, misalnya biasakan anak berbagi di rumah, tapi kalau di rumah saja tidak main dengan teman sebaya bagaimana dia punya kesempatannya. Karena itu, anak perlu diberi kesempatan untuk aksi peduli sosial itu butuh ditampilkan. Misalnya perlu diajak ke panti sosial.

“Kadang-kadang kalau meniru, diajak masih belum bisa juga, ada satu faktor penting lagi, diajak diskusi yang dia lakukan tadi, misalnya ke panti ternyata bisa bikin temannya yang ada di panti bahagia,” jelasnya.

(baca: Bertemu Anak Sindroma Down, Coba Lakukan Ini)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement