REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan screen time atau layar digital yang berlebihan pada anak usia dini dinilai dapat menghambat perkembangan keterampilan bahasa mereka. Temuan ini diungkap dalam studi terbaru yang dilakukan oleh Sarah Kucker, seorang psikolog dari Southern Methodist University di Dallas, Amerika Serikat.
Menurut Kucker, anak-anak balita belajar bahasa dengan cara yang sangat berbeda dari orang dewasa. Mereka membutuhkan pengalaman nyata yang melibatkan semua indera, bukan sekadar melihat gambar atau menonton video.
"Ketika seorang anak belajar mengenali kata 'pisang' misalnya, mereka akan lebih memahami arti kata tersebut jika dapat memegang, mencium, dan melihat langsung benda itu dari berbagai sudut," kata Kucker seperti dilansir laman US News, Selasa (8/7/2025).
la menjelaskan, melihat gambar atau video animasi saja tidak memberikan informasi sensorik yang dibutuhkan anak untuk membentuk pemahaman penuh terhadap suatu konsep. Menurutnya, interaksi langsung dengan lingkungan sangat penting sebagai dasar perkembangan bahasa dan otak anak, terutama pada tiga tahun pertama kehidupan.
Meski demikian, Kucker tidak serta-merta melarang screen time. la mengatakan, media digital tetap bisa berperan positif selama penggunaannya bersifat sosial dan interaktif. Video call dengan anggota keluarga atau aplikasi edukatif yang mengajak anak berbicara dan merespons, misalnya, dinilai jauh lebih bermanfaat dibanding tontonan pasif seperti kartun atau video hiburan semata.
Kucker menyarankan agar orang tua mempertimbangkan tujuan di balik pemberian layar kepada anak. Bila hanya untuk menenangkan atau mengalihkan perhatian, ia menyarankan metode lain seperti permainan fisik, alat bantu sensorik, atau teknik pernapasan.
"Yang tak kalah penting, interaksi nyata dalam kehidupan sehari-hari seperti mengajak anak berbicara saat memasak atau beraktivitas di rumah, tetap menjadi cara paling efektif untuk membangun kemampuan bahasa mereka," kata Kucker.