REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghadapi murid dengan hipersensitivitas taktil untuk mengoptimalkan pengembangan dirinya dinilai bukan perkara mudah. Hal ini membutuhkan pendekatan yang sangat personal dan berkelanjutan, mengingat setiap anak memiliki kebutuhan yang unik.
Hipersensitivitas taktil adalah sebuah kondisi ketika seseorang memiliki respons yang berlebihan atau sangat peka terhadap sentuhan atau rangsangan fisik. Bayangkan ketika sebagian besar orang merasa nyaman dengan sentuhan ringan, bagi individu dengan hipersensitivitas taktil, sentuhan yang sama justru bisa terasa sangat mengganggu, menyakitkan, atau bahkan memicu respons emosional yang kuat seperti marah atau menangis.
Co-Associate Pendidikan Inklusi Sekolah Cikal Surabaya, Zana Fahrina Inayanti, membagikan wawasan tentang tiga cara utama Sekolah Cikal Surabaya dalam mendukung murid berkebutuhan khusus dengan hipersensitivitas taktil. Pendekatan-pendekatan ini tidak hanya menunjukkan pemahaman mendalam tentang kondisi tersebut tetapi juga komitmen sekolah dalam menciptakan lingkungan yang adaptif dan suportif.
1. Menyediakan program motor fungsional untuk integrasi sensori
Salah satu pilar utama dukungan yang diberikan Sekolah Cikal Surabaya adalah melalui Program Motor Fungsional. Zana mengatakan di antara berbagai program belajar pendidikan inklusi yang ada, murid dengan Tactile Hypersensitivity Disorder sangat direkomendasikan untuk mengikuti program ini.
Fokus utamanya adalah pada integrasi sensori, yaitu sebuah proses penting untuk memahami berbagai rangsangan dari panca indra agar dapat menghasilkan respons yang sesuai.
"Kami akan merekomendasikan untuk mengambil program motor functional yang salah satu tujuan belajarnya sangat berkaitan dengan sensori. Selain itu, pada dasarnya setiap guru pun akan berusaha untuk memberikan stimulasi sensori pada program lainnya, seperti misalnya dalam menentukan media belajar yang digunakan saat pembelajaran," kata Zana.
Hal ini menunjukkan bahwa stimulasi sensori tidak hanya terbatas pada satu program khusus, tetapi diintegrasikan dalam setiap aspek pembelajaran. Guru-guru secara proaktif memilih media belajar yang bervariasi teksturnya, seperti bahan-bahan dengan permukaan kasar, halus, lunak, atau keras, untuk membantu murid secara bertahap terbiasa dengan berbagai sentuhan dan mengurangi reaksi negatif terhadap rangsangan taktil.
2. Menetapkan tujuan belajar dan asesmen sesuai kebutuhan individu murid
Pendekatan personalisasi adalah kunci dalam mendukung murid dengan hipersensitivitas taktil. Sekolah Cikal Surabaya menerapkan hal ini dengan menentukan tujuan belajar dan bentuk asesmen yang disesuaikan sejak awal.
Prosesnya dimulai dari observasi mendalam sebelum murid bergabung di Cikal, yang bertujuan untuk memahami kebutuhan dan kelebihan spesifik masing-masing anak.
"Sekolah Cikal Surabaya memulai pendekatan personalisasi pada anak sejak sebelum masuk Cikal. Tahapan Cikal mengenal kebutuhan anak itu dimulai dari observasi sebelum masuk Cikal untuk melihat kebutuhan dan kelebihan murid. Kemudian, baru menentukan tujuan belajar yang dipilih untuk menstimulasi murid meningkatkan sensori agar terbiasa dengan tekstur dari suatu objek," ujar Zana.
Dengan menetapkan tujuan belajar yang spesifik untuk stimulasi sensori, sekolah membantu murid secara bertahap mengatasi tantangan mereka dan merasa lebih nyaman dengan berbagai tekstur dan sentuhan. Asesmen yang berkelanjutan juga memungkinkan penyesuaian strategi jika diperlukan, memastikan perkembangan optimal bagi setiap murid.
3. Menyediakan fasilitas inklusif untuk kebutuhan sensorik yang komprehensif
Sebagai sekolah swasta inklusi, Sekolah Cikal Surabaya tidak hanya fokus pada program dan pendekatan, tetapi juga menyediakan fasilitas lengkap yang inklusif. Fasilitas ini dirancang khusus untuk membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus, termasuk mereka yang memiliki hipersensitivitas taktil, untuk mengembangkan keterampilan motorik dan meningkatkan keseimbangan mereka melalui berbagai aktivitas. Salah satu contohnya adalah terapi grounding di area terbuka sekolah.
"Di Cikal Surabaya, kami memiliki ruang motor yang dapat menjadi fasilitas pendukung untuk kebutuhan sensorik maupun motorik kasar dan motorik halus. Adanya area lain seperti kolam renang, green field dengan rumput sintetis, dan area terbuka yang ditumbuhi rumput yang dapat memungkinkan murid melakukan grounding atau berjalan tanpa menggunakan alas kaki yang tujuannya memberikan stimulasi pada tubuh, serta media belajar lainnya," ujar Zana.
Ketersediaan ruang motorik, kolam renang, serta area green field (baik dengan rumput sintetis maupun alami) memberikan kesempatan bagi murid untuk mendapatkan stimulasi taktil yang bervariasi dalam lingkungan yang aman dan terkontrol. Aktivitas seperti grounding (berjalan tanpa alas kaki) secara langsung memberikan pengalaman sentuhan yang beragam pada telapak kaki, membantu sistem saraf mengatur dan memproses input sensori. Fasilitas-fasilitas ini tidak hanya mendukung pengembangan fisik tetapi juga membantu murid dengan hipersensitivitas taktil untuk beradaptasi dan merasa lebih nyaman dengan dunia di sekitar mereka.