REPUBLIKA.CO.ID, Board game atau papan permaian memiliki banyak manfaat. Selain manfaat kognitif, juga bermanfaat pada perkembangan fisik, emosi, dan sosial anak.
Psikolog klinis anak dari Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, M.Psi menjelaskan anak mulai paham aturan itu ketika dia berusia lima tahun. Karena permainan papan itu disertai instruksi, dan rata-rata usia lima tahun sudah tahu peraturannya bagaimana, cara mainnya bagaimana.
Dan itu pun tidak terjadi pada semua anak lima tahun. Ada anak lima tahun untuk dua atau tiga aturan saja kadang-kadang harus diulang beribu-beribu kali. Tapi ketika usia lima tahun instruksi sederhana satu atau dua sudah bisa, nanti makin lama mereka sudah bisa masuk ke aturan yang lebih sulit.
Ia mengungkapkan cara anak menangkap sesuatu itu berbeda sesuai usianya. Antara anak usia lima dan tujuh tahun berbeda. Kalau lima tahun dia tahu cara mainnya, misalnya ini jalan ke depan, kalau ‘dimakan’
hilang. “Tapi kalau sudah ditambah ini itu, anak usia lima tahun sudah mulai pusing. Nah usia tujuh tahun baru masuk,” tambahnya.
Misalnya papan permainannya yang ada skornya. Tujuh tahun ke atas dia mainnya sudah mulai benar, kalau lima tahun lebih ikut kakaknya, atau ikut menghitung saja. Jadi, bagaimana caranya setiap mainan yang kita punya itu dikenalkan sesuai dengan perkembangan dan usia anak kita.
Sementara untuk anak lima tahun ke bawah, mereka mungkin bisanya baru menebak warna, bahkan mungkin angka. Atau mungkin penjumlahan yang masih sederhana misalnya ini ada sepuluh barang, ada tiga, ada lima.
“Board game itu sebenarnya semua bisa dipakai buat tools, namun untuk yang ada aturannya seperti monopoli itu usia SD yang baru bisa jalan. Jika ingin mengenalkan board game saja, dari usia berapapun bisa,” ujarnya.
Mengapa harus dikenalkan sesuai tahap usia? Menurutnya, ini karena perkembangan otak anak. Memang delapan tahun pertama perkembangan otak anak lagi pesat. Terutama memang dua tahun pertama, berat otaknya baru
70 persen otak orang dewasa. Ketika empat atau lima tahun, beratnya naik menjadi 80 persen. Semakin bertambah usia anak otaknya sudah mulai lebih cepat lagi perkembangannya. Namun, informasi yang mereka dapat juga tidak bisa langsung cepat, harus pelan-pelan.
“Jadi memang perlahan-lahan, tidak bisa langsung masuk semua, karena memang koneksinya lagi cepat, tapi yang dimasuki nggak bisa langsung semua, nanti malah tidak ada yang tertangkap,” ujarnya.
(baca: Hati-hati, Medsos Bisa Timbulkan Adiksi Pada Anak)