REPUBLIKA.CO.ID, Sibuk, kerapa kali menjadi alasan ayah jarang mengobrol dengan anaknya. Padahal dengan waktu 30 menit bersama anak, sangat besar sekali nilainya terutama dalam membangun hubungan serta kepercayaan ayah dan anak.
Menurut psikolog sekaligus dosen Universitas Indonesia, Edward Andriyanto Soetardino, waktu 30 menit tersebut tidak harus melulu melakukan sesuatu yang mahal. Mengobrol bersama sudah menjadi hal yang sangat mewah dan tidak bernilai.
"Sepulang kerja setelah istirahat sebentar ajak anak Anda mengobrol, tanya bagaimana belajarnya, dengan siapa gurunya, bagaimana teman-temannya," ujar Adriyanto, saat ditemui di sela-sela Kelas Parenting Papa yang diselenggarakan Sekolah Kirana di Jagakarsa, Jaksel, akhir pekan lalu.
Sangat disarankan untuk para ayah sebelum mengobrol dengan anaknya untuk mandi terlebih dahulu, setidaknya menyentuh air misal dengan berwudhu. Menurutnya, air dapat melunturkan rasa lelah, capai, dan emosi negatif sehingga bisa santai ketika berbincang dengan anak.
Menanyakan kegiatan anak seharian sudah harus dibangun sejak dini. Sehingga menjadi suatu kebiasaan positif dan nantinya tanpa harus dipanggil, anak akan langsung bercerita dengan sendirinya.
(baca: Pendidikan Terbaik Anak Datang dari Ayah, Lho)
"Ayah tadi teman aku si Petrik masa dorong Ani, Ani jatuh terus dia nangis," kata Adriyanto menirukan cerita anaknya.
Dari cerita itulah kemudian menurut Adriyanto seorang ayah bisa menanamkan moral-moral positif untuk anaknya. Bahwa jatuh itu sakit dan anaknya juga tidak boleh melakukan hal demikian pada temannya.
Masih banyak cerita-cerita dari anaknya yang sebenarnya dari sanalah orang tua dapat mengajarkan hal-hal positif yang boleh si anak lakukan dan hal-hal apa saja yang perlu dihindari. "Tapi cara nanyanya jangan seperti polisi lagi menginterogasi, ajak anak ngobrol santai saja," ujar Adriyanto.
Jika mengobrol di sore hari tidak memungkinkan karena ayah belum pulang misalnya dan sesampainya di rumah anak sudah tidur, waktu 30 menit bisa dimanfaatkan di pagi hari sebelum berangkat kerja.
Ayah bisa membangunkan anak, kemudian mandi, dan membantunya menggunakan seragam sekolah TK-nya. Jika anaknya sudah besar, bisa sambil mengobrol santai tentang apa yang akan dilakukannya hari ini, atau obrolan-obrolan santai lainnya.
"30 menit ini paling minimal interaksi dilakukan dalam satu hari, artinya harus bisa lebih dari itu," ujarnya.
Waktu 30 menit ini pun ditegaskannya benar-benar harus berkualitas, bukan hanya duduk dalam ruang yang sama lantas ayahnya membaca koran dan anaknya main gadget. Jadi benar-benar ada interaksi dua arah.