Kamis 12 Nov 2015 05:55 WIB
Hari Ayah Nasional

Ayah tak Ada, Anak Tuai Dampak Negatifnya!

Rep: C30/ Red: Indira Rezkisari
Foto: Republika/ Wihdan

REPUBLIKA.CO.ID, Bagaimana Anda memandang sosok seorang ayah? Seorang pemimpin keluarga yang banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, seorang pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya?

Sudah saatnya pikiran seperti itu dihentikan. Peran ayah sesungguhnya tidak sebatas hanya memenuhi kebutuhan finansial. Ada hubungan emosional, yang tak kalah penting untuk diperhatikan.

Namun rupanya kesibukan kerja dan jalanan kota yang macet semakin mendukung ketidakhadiran peran ayah di rumah. Di mana mereka? Mungkin masih di depan komputer jinjing di kantornya, mungkin di kedai kopi menghindari kemacetan dan memilih pulang lebih malam. Sesampainya di rumahnya, anak sudah terlelap. Dan, waktu terus berputar seperti itu.

"Maka tidak salah bila kemudian ada gerakan 'Kembalikan Ayah ke Rumah'," ujar psikolog dan juga dosen Universitas Indonesia, Edward Andriyanto Soetardhio, ditemui di sekolah Kirana dalam seminar Kelas Parenting Papa, di Lenteng Agung, Jagakarsa, Jaksel, akhir pekan lalu.

Memangnya selama ini ayah ke mana? Ini dia pertanyaan yang menurut Andriyanto yang harus dijawab oleh para ayah. Di tempat gym kah, kedai kopi, atau sudah di rumah namun di depan laptop, membaca koran. Ayah yang manakah Anda?

Absennya peran ayah dalam memperhatikan tumbuh kembang anak ternyata banyak sekali dampak negatifnya. Anak bisa tumbuh menjadi sosok bermasalah dalam mengekspresikan emosi, memiliki peluang menjadi korban kekerasan, memiliki peluang untuk melakukan hubungan seks sejak dini, hamil di luar nikah, kriminalitas, depresi, dan bunuh diri.

"Terbayang tidak anak kita akan menjadi seperti apa?" tanya Andriyanto.

Dia juga pernah melakukan penelitian di sejumlah sekolah dasar bergengsi di kota-kota besar. Hasilnya, menurut dia, cukup miris. Tidak sedikit anak-anak usia SD sudah melakukan hubungan seksual dengan temannya sendiri. Sangat miris sekali.

"Saya pernah mengumpukan ibu-ibu dan bapak-bapak dan memberitahukan hal demikian," ujarnya.

Andriyanto kemudian menunjukkan rekaman suara anaknya yang mengakui perbuatan tersebut. Apa yang terjadi? Ibu-ibu menangis dan ayah pucat pasi.

Menurutnya, kesibukan kerja kedua orang tuanya bukan menjadi alasan kurangnya hubungan emosional dalam keluarga. Paling minimal, seorang ayah harus memiliki waktu bermain maupun mengobrol bersama anaknya 30 menit. Dan tumbuh kembang anak bukan saja menjadi tugas seorang ibu, melainkan tugas ayah juga.

Di Hari Ayah Nasional yang jatuh hari ini, Kamis (12/11), mari meluangkan waktu lebih untuk anak. Memeluknya sekaligus membisikkan kata cinta pada sang buah hati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement