REPUBLIKA.CO.ID, Maraknya kasus perceraian akhir-akhir ini membuat miris. Bahkan angka perceraian ini banyak yang terjadi di bawah usia lima tahun pernikahan.
Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, banyaknya masalah dalam pernikahan yang berusia di bawah satu tahun juga karena sering terjadi pemaksaan untuk menikah. Misalnya karena orang tua yang mendesak anak supaya segera memberinya cucu. Pertanyaan 'kamu kapan menikah' pun terus terlontar.
Akhirnya yang belum menikah jadi beban. Apalagi budaya Indonesia yang menganggap kakak yang dilangkahi adiknya menikah.
“Seringkali pernikahan dipaksakan dengan adanya budaya-budaya tersebut. Pada dasarnya dia belum siap menikah, tapi orang tuanya menginginkan dia menikah. Menurut dia caranya membahagiakan orang tua dengan menikah. Jadi menikah lebih kepada ingin membahagiakan orang tua, bukan karena siap menikah. Bisa timbulkan masalah,” jelas Nina, sapaan akrabnya, yang juga penggagas gerakan pranikah @twitterpranikah dan situs www.pranikah.org.
Akhirnya disarankan pada orang tua untuk tidak memaksa, karena bagaimana pun menikah bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Menikah adalah sesuatu yang membutuhkan kesiapan diri sendiri. Ketika orang tuanya menunjukkan kebahagiaan dalam pernikahan, anak akan mau dengan sendirinya menuju ke gerbang pernikahan.
Tapi kalau orang tua menunjukkan dalam pernikahannya penuh konflik, bukan tak mungkin anak pun enggan menikah. Anak sebab berpikir, jika orang tuanya tidak bahagia dalam pernikahan buat apa ia harus menjalaninya pula.
Penyebab lain masalah dalam pernikahan di tahun pertama adalah Anda belum mengenal betul pasangan. Antara lain karena dipaksa itu tadi, ujar Nina. Misalnya ingin cepat keluar dari rumah, karena sebal orang tua selalu cerewet soal kapan menikah. Akhirnya menikah pun dilakukan tapi dengan pasangan yang sebetulnya tidak terlalu dikenal.
Bisa juga karena faktor merasa sudah dalam usia yang mengharuskannya menikah. Atau punya pengalaman buruk ditinggal kekasih, hingga begitu dapat pasangan baru langsung mengatur rencana pernikahan. Padahal Nina mengatakan seharus seseorang melakukan evaluasi dulu apa yang salah di dirinya hingga pasangannya itu tidak tahan.