Ahad 03 Jul 2011 10:58 WIB

Masjid Al-Alam, Tempat Dikumandangkannya Jihad Tiga Generasi

Rep: Agung Sasongko/ Red: Didi Purwadi
Peserta 'Melancong Bareng Abah Alwi' edisi 'Menelusuri Jejak Portugis di Kampung si Pitung' serius mendengarkan penjelasan pada Ahad (3/7).
Foto: www.republika.co.id
Peserta 'Melancong Bareng Abah Alwi' edisi 'Menelusuri Jejak Portugis di Kampung si Pitung' serius mendengarkan penjelasan pada Ahad (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ada dua peristiwa penting yang melatarbelakangi dibangunnya masjid Al-Alam, Marunda, Jakarta Utara. Dua peristiwa itu merupakan perjuangan dalam menegakan syiar Islam di Sunda Kelapa atau Jakarta sekarang.

Peristiwa pertama terjadi pada 1527. Kala itu, balatentara Demak yang dipimpin oleh Fatahillah berencana menyerang Sunda Kelapa yang kala itu dikuasai Raja Padjajaran. Marunda sengaja dipilih lantaran berjarak dekat dengan Sunda Kelapa. Dengan jarak yang dekat, pasukan Fatahillah bisa dengan mudah mengatur siasat menyerang Sunda Kelapa.

"Ada keyakinan masyarakat di sini bahwa Fatahillah membangun masjid Al-Alam dalam sehari," kata Alwi Shahab, pemerhati sejarah Jakarta kepada peserta Melancong Bareng Abah Alwi edisi Menelusuri Jejak Portugis di Kampung si Pitung, Ahad (3/7).

Peristiwa kedua, kata Abah Alwi, terjadi 100 tahun kemudian saat prajurit Mataram mendarat di Pantai Marunda. Saat mendarat di sana, mereka bersembunyi dan memagari masjid yang telah dibuat Fatahillah. Mereka melakukannya sembari mengatur siasat untuk melakukan penyerangan terhadap Batavia.

Balatentara pimpinan Bahurekso ini mengalami penggemblengan mental di masjid Al-Alam. Maklum saja, saat itu jarak yang ditempuh tentara Mataram hingga Batavia sangat jauh. Kelelahan fisik dan mental segera mendera para prajurit Mataram. "Oleh sebab itu, posisi masjid mengembalikan semangat jihad tentara," papar abah.

Mengingat sejarahnya, kata Abah, tak heran kalau masa revolusi fisik 1945, dari masjid tersebut dikumandangkan semangat jihad fi sabilillah oleh para pejuang dan ulama. Masjid ini selanjutnya menjadi saksi bagaimana pejuang Indonesia menghadapi Belanda dalam perang kemerdekaan.

"Hingga kini, masjid yang terletak di tepi sungai ini tidak pernah sepi dari para peziarah. Terlebih pada malam Jumat Kliwon," pungkas Abah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement