Rabu 15 Oct 2025 23:09 WIB

Setop Diet tanpa Karbohidrat, Dokter Bilang Itu Kesalahan

Karbohidrat tetap dibutuhkan tubuh terutama dalam memasok energi ke otak.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Nasi (ilustrasi). Menjalankan diet tanpa mengonsumsi karbohidrat sama sekali adalah sebuah kekeliruan besar.
Foto: www.freepik.com
Nasi (ilustrasi). Menjalankan diet tanpa mengonsumsi karbohidrat sama sekali adalah sebuah kekeliruan besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya tren diet ekstrem yang menghilangkan kelompok nutrisi tertentu, termasuk karbohidrat, disoroti oleh pakar kesehatan. Dokter penyakit dalam konsultan endokrinologi metabolik dan diabetes, dr Waluyo Dwi Cahyono, menegaskan bahwa menjalankan diet tanpa mengonsumsi karbohidrat sama sekali adalah sebuah kekeliruan besar.

Menurut dia, karbohidrat tetap dibutuhkan tubuh terutama dalam memasok energi ke otak. Lantaran kandungan glukosa yang bisa digunakan untuk masuk ke dalam otak berasal dari karbohidrat, bukan dari protein.

Baca Juga

“Jadi sama sekali tanpa karbohidrat itu juga diet yang salah, glukosa yang bisa masuk ke dalam otak itu satu-satunya dari karbohidrat. Kalau badannya udah bagus kecil atau mungkin kurus, tapi otaknya enggak berkembang untuk apa,” kata dokter Waluyo dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menjelaskan karbohidrat tetap dibutuhkan dan tidak boleh dihilangkan dalam diet. Dalam hal mengonsumsi karbohidrat juga tidak bergantung dengan waktu makannya, namun komposisi jumlah kalorinya yang perlu dipertimbangkan terutama untuk penurunan berat badan.

“Sebetulnya bukan jamnya, tapi kalorinya. Jam berapa pun naik dia (karbohidrat) kalau makannya banyak. Jadi kalau jumlah kalorinya yang dari karbohidrat itu disesuaikan,” kata dia.

Dokter Waluyo menekankan diet kuncinya adalah mempertimbangkan kebutuhan kalorinya dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam menjaga maupun menurunkan berat badan juga disarankan untuk mengurangi mengonsumsi makanan yang manis dan berminyak.

Selain itu pentingnya, lanjut Waluyo, komposisi yang dikonsumsi dalam pola makan harus terdapat sejumlah kandungan seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. “Itu harus ada semua kuncinya, mau usia berapa pun sama, yang membedakan mungkin jenisnya. Kalau orang tua giginya kurang kuat, pasti dipilihkan yang empuk-empuk. Tapi kalorinya sama, komposisinya itu harus terpenuhi,” ujar dokter yang berpraktik di RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi itu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement