REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter sekaligus Sekjen Himpunan Fasyankes Dokter Indonesia (HIFDI) dr Putro Muhammad menyoroti penggunaan ikan hiu dalam menu makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. la menegaskan konsumsi ikan hiu sangat berisiko karena mengandung merkuri dalam kadar tinggi.
"Secara umum konsumsi ikan hiu itu memang berisiko. Karena dia adalah predator puncak, yang berarti segala residu-residu itu tentu akan terakumulasi di sana, salah satunya ya merkuri bisa terakumulasi di tubuh hiu," kata dr Putro saat dihubungi Republika, Jumat (26/9/2025).
Menurutnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga tidak merekomendasikan konsumsi ikan hiu. Selain merkuri, ikan hiu juga berisiko mengandung zat beracun atau biotoksin laut yang dapat menimbulkan gejala keracunan akut.
“Ikan hiu juga ada risiko lain seperti biotoksin laut, misalnya ciguatoxin dan scombroid toxin, ini bisa memicu keracunan akut juga," kata dr Putro.
Oleh karena itu, dr Putro menegaskan ikan hiu sebaiknya tidak disajikan di menu MBG karena risikonya tidak dapat diprediksi. Terutama, program MBG menyasar anak-anak yang tergolong kelompok rentan.
"Jadi sebaiknya hindari konsumsi ikan hiu, apalagi ini targetnya anak-anak. Karena apabila terjadi keracunan tentu akan efeknya lebih serius karena korbannya adalah anak," kata dia.
Adapun saat terjadi keracunan pasca konsumsi ikan hiu, dr Putro mengatakan bahwa penanganan utama yang perlu dilakukan adalah mencegah dehidrasi pada korban. Setelah itu fokus mengeluarkan zat beracun yang ada di dalam tubuh.
"Untuk mengeluarkan racun memang perlu waktu, karena zatnya pasti sudah masuk metabolisme. Tapi jika efek keracunannya ada muntah atau diare, maka pertolongan pertamanya atasi dulu dehidrasi yang dialami korban," ujar dr Putro.