REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena di mana tahun-tahun terasa berlalu dalam sekejap mata terkadang menjadi renungan banyak orang dewasa. Rasanya baru kemarin kita merayakan pergantian tahun, tetapi kini sudah kembali ke penghujung.
Uniknya, anak-anak mengalami hal sebaliknya, liburan tahun lalu terasa seperti sudah berabad-abad lamanya. Para ahli sepakat bahwa ada alasan ilmiah yang mendasari perbedaan persepsi ini yaitu persepsi waktu kita berubah drastis seiring bertambahnya usia, yang membuat periode waktu tertentu terasa melaju kencang.
Menurut profesor psikologi di University of Michigan, Cindy Lustig, persepsi kita terhadap hari, pekan, bulan, dan tahun sangat dipengaruhi oleh dua hal utama yakni sudut pandang (apakah kita sedang mengalaminya saat ini, atau melihatnya ke belakang) dan memori. Untuk anak berusia delapan tahun, satu pekan adalah porsi besar dari total rentang hidup mereka.
Sebaliknya, bagi orang berusia 80 tahun, satu pekan hanyalah porsi kecil dari keseluruhan hidup mereka. Perbedaan proporsi inilah yang berkontribusi pada perasaan bahwa waktu berjalan lebih cepat bagi orang yang lebih tua.
Faktor memori dan pengalaman baru
Persepsi waktu yang semakin cepat ini sangat terasa ketika kita melihat ke belakang. Meskipun hari-hari seorang pensiunan berusia 80 tahun mungkin terasa berjalan lebih lambat daripada hari-hari anak 8 tahun yang sibuk sekolah, ketika keduanya melihat kembali ke periode satu bulan atau satu tahun, waktu akan terasa berlalu lebih cepat bagi orang yang lebih tua.
Lustig menjelaskan alasan di baliknya adalah kemasan memori otak. "Hidup mereka (orang berusia 80 tahun) mungkin tidak terlihat jauh berbeda dari ketika mereka berusia 78 atau 79, jadi, dalam kasus itu, mereka melihat kembali pada lebih sedikit peristiwa. Ketika Anda melihat ke belakang, semakin tidak kaya representasi Anda, semakin cepat waktu terasa berlalu," kata Lustig dikutip dari laman Huffington Post pada Senin (1/12/2025),
Singkatnya, otak kita cenderung mengelompokkan waktu bersama ketika hari atau pekan terasa serupa. Bagi orang berusia 80 tahun yang melakukan hal yang sama setiap hari, tahun itu akan menyatu dalam pikiran mereka dan terasa berlalu dengan sangat cepat. Hal-hal baru dan menarik dalam sehari-hari-lah yang membuat hari dan bulan terasa berbeda, dan karenanya memisahkannya dalam ingatan kita. Perubahan rutinitas adalah kunci.
Peran fisiologis otak
Perubahan dalam rutinitas juga memengaruhi seberapa cepat tahun-tahun berlalu. Menurut profesor teknik mesin di Duke University dan penulis buku Time And Beauty: Why Time Flies And Beauty Never Dies, Adrian Bejan, otak kita dirancang untuk merekam perubahan. Anak-anak kecil mengalami banyak pengalaman baru dalam sehari (belajar di sekolah, les balet, mengunjungi rumah teman baru), yang berkontribusi pada anggapan bahwa waktu lebih berlimpah dan lebih banyak aktivitas yang dapat dimasukkan dalam periode waktu tersebut. Oleh karena itu, ketika melihat ke belakang, waktu terasa berjalan lebih lambat.
Fenomena ini disebut berlaku juga untuk orang dewasa. "Ketika kita melihat kembali periode waktu yang penuh dengan banyak pengalaman baru, kita melihat (sejumlah besar) peristiwa dan kenangan, dan itu membuat waktu terasa meregang dan terasa sangat lama," kata Lustig.
Jika kita gagal memasukkan pola baru ke dalam hidup, waktu secara keseluruhan dapat terasa berlalu jauh lebih cepat. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa cara otak kita menyerap gambar memengaruhi persepsi waktu. Bejan menyatakan cara kita memproses apa yang kita lihat juga memengaruhi cara kita memandang waktu.
Saat masih bayi, otak kita dilatih untuk menerima banyak gambar baru. Karena kita menyerap begitu banyak gambar baru sebagai anak-anak, bulan dan tahun terasa lebih lama. "Saat dewasa, otak menerima lebih sedikit gambar daripada yang dilatih untuk diterima saat muda," ujar Bejan. Oleh karena itu, kita merasa waktu berlalu lebih cepat. Faktor fisiologis berperan: semakin tua kita, semakin cepat waktu terasa.