REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Mary Brunkow dan Fred Ramsdell asal AS, serta Shimon Sakaguchi dari Jepang memenangkan hadiah Nobel Kedokteran 2025 atas temuan penting mereka dalam memahami mekanisme sistem imun tubuh yang mampu melindungi sel-sel sehat tanpa menyerang jaringan tubuh sendiri. Riset ini membuka peluang baru dalam pengembangan terapi untuk penyakit autoimun dan kanker.
Mereka dinilai berjasa atas karena berhasil mengungkap peran penting sel T regulator (regulatory T cells), yaitu jenis sel darah putih yang berfungsi menjaga keseimbangan sistem imun dan mencegah terjadinya penyakit autoimun. "Ini tentang bagaimana kita menjaga sistem kekebalan tetap terkendali agar bisa melawan mikroba tanpa menyerang tubuh sendiri," kata Marie Wahren-Herlenius, profesor reumatologi dari Karolinska Institute, lembaga yang menganugerahkan Nobel di bidang kedokteran seperti dilansir laman Reuters, Rabu (8/10/2025).
Brunkow bersama Ramsdel dan timnya berhasil mengisolasi gen FOXP3 yang menjadi penanda utama keberadaan sel T regulator. Sel ini digambarkan Brunkow sebagai sistem pengerem sistem imun yang mencegahnya menyerang tubuh sendiri.
"Sel-sel ini memang langka, tapi sangat kuat. Mereka krusial untuk menenangkan respon imun," kata dia.
Sementara itu, Sakaguchi menyambut penghargaan ini dengan rendah hati dalam konferensi pers di Osaka, Jepang. "Saya sempat berpikir pengakuan seperti ini mungkin baru akan datang jika penelitian kami sudah berkembang lebih jauh dan memberikan manfaat nyata secara klinis," kata dia.
Konferensi sempat terhenti saat Sakaguchi menerima telepon ucapan selamat dari Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba yang menanyakan potensi imunoterapi terhadap kanker. Sakaguchi menjawab optimis. "Saya percaya, akan tiba masanya ketika kanker bukan lagi penyakit yang menakutkan, tetapi bisa disembuhkan," kata Sakaguchi.
Ramsdell, yang kini menjadi penasihat ilmiah di Sonoma Biotherapeutics di San Francisco, disebut sebagai sosok yang menemukan gen FOXP3 pada tikus. Ini langkah awal yang membawa pada penemuan sel pengatur kekebalan yang kini disebut master regulator dari toleransi imun.
Meski belum ada terapi spesifik berbasis sel T regulator yang disetujui secara luas, lebih dari 200 uji klinis pada manusia tengah berlangsung, menurut Karolinska Institute. Beberapa perusahaan bioteknologi kini berada di garis depan perlombaan ini.
Sonoma Biotherapeutics, perusahaan milik Ramsdell, telah menjalin kerja sama dengan Regeneron untuk mengembangkan terapi bagi penyakit seperti radang usus. Perusahaan lain, seperti Quell Therapeutics yang bermitra dengan AstraZeneca, serta unit milik Bayer, BlueRock Therapeutics, juga turut mengeksplorasi pendekatan serupa.
Hadiah Nobel Kedokteran merupakan penghargaan pertama yang diumumkan dalam musim Nobel tiap tahunnya. Para pemenang menerima hadiah sebesar 1,2 juta dolar AS (sekitar Rp 19 miliar), medali emas, dan akan diundang menghadiri seremoni resmi yang digelar di Stockholm pada 10 Desember, bertepatan dengan hari wafat pendiri Nobel, Alfred Nobel.
Hadiah Nobel sendiri telah diberikan sejak tahun 1901, menghormati kontribusi luar biasa dalam bidang sains, sastra, dan perdamaian. Pada tahun lalu, penghargaan Nobel Kedokteran diraih oleh Victor Ambros dan Gary Ruvkun atas penemuan microRNA, yang berperan penting dalam perkembangan organisme multisel.
View this post on Instagram