Selasa 23 Sep 2025 08:49 WIB

Gen Z Gampang Cemas di Tempat Kerja, Bahkan Hanya karena Email Kantor

Email dinilai dapat menjadi sumber stres tersendiri bagi Gen Z di kantor.

Rep: Mg162/ Red: Qommarria Rostanti
Gen Z mengalami kecemasan di tempat kerja (ilustrasi). Bagi sebagian generasi Z, hal sepele seperti mengirim email pun bisa memicu rasa cemas berlebihan.
Foto: Dok. Freepik
Gen Z mengalami kecemasan di tempat kerja (ilustrasi). Bagi sebagian generasi Z, hal sepele seperti mengirim email pun bisa memicu rasa cemas berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kecemasan di tempat kerja tidak selalu datang dari deadline, presentasi, atau evaluasi kinerja. Bagi sebagian generasi Z, hal sepele seperti mengirim email pun bisa memicu rasa cemas berlebihan.

Dilansir laman Hindustan Times pada Selasa (23/9/2025), email yang sejatinya merupakan bagian rutin dalam komunikasi kantor, justru kerap menjadi sumber stres tersendiri. Generasi Z yang baru masuk dunia kerja terbiasa dengan gaya percakapan santai di media sosial sehingga sering kali merasa kikuk saat harus menulis email formal.

Baca Juga

Psikiater sekaligus Konsultan Senior Psikiatri di Rumah Sakit Sir Ganga Ram, India, dr Rajiv Mehta, mengatakan Gen Z cenderung mengalami kecemasan tinggi, bahkan untuk hal-hal kecil seperti email. “Email sebagai alat komunikasi bisa menjadi sumber stres yang signifikan dan memengaruhi produktivitas. Kecemasan muncul dari ketidakpastian soal etika profesional, mulai dari tingkat formalitas, penggunaan tanda tangan, hingga apakah emoji bisa dipakai atau tidak,” kata dia.

Menurut dr Mehta, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi anxious-avoidant behaviour yaitu perilaku menghindar karena cemas. “Banyak yang akhirnya lebih memilih email untuk menghindari percakapan langsung yang terasa canggung. Tapi ini justru menghambat perkembangan kepribadian,” kata dia.

Mengapa Gen Z bisa cemas karena email?

Dr Mehta memaparkan salah satu alasannya yaitu Gen Z tidak yakin soal gaya bahasa. Gen Z kerap bingung harus seberapa formal, kapan harus follow-up, dan bagaimana menutup email. Hal ini membuat mereka berlebihan dalam detail, menunda pengiriman, bahkan menganggap kesalahan kecil seperti typo sebagai masalah besar. Rasa takut juga membuat mereka enggan memberi kritik, cemas mengambil peran kepemimpinan, dan rawan meninggalkan pekerjaan yang tak sesuai kebutuhan mental.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement