REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, dr Lovely Daisy, menekankan pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) sebagai bagian dari hak dasar bayi dan langkah krusial dalam pencegahan stunting. la menyebut, fase 1.000 hari pertama kehidupan yang dimulai sejak masa kehamilan merupakan periode emas untuk menentukan kualitas tumbuh kembang anak, terutama fungsi otak.
"Dalam undang-undang sudah disebutkan bahwa hak dari setiap bayi untuk mendapatkan ASI. Karena di seribu hari pertama kehidupan itu adalah periode yang sangat penting bagi pertumbuhannya," kata dr Lovely dalam diskusi memperingati pekan ASl yang diinisiasi Dompet Dhuafa Republika.co.id di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
la menjelaskan, otak manusia mulai berkembang sejak dalam kandungan. Saat lahir, otak bayi telah mencapai sekitar 25 persen dari massa otak orang dewasa, dan akan meningkat pesat hingga lebih dari 90 persen saat anak berusia lima tahun.
Jika dalam periode tersebut anak mengalami kekurangan gizi, maka risiko terjadinya stunting akan meningkat. Dia mengatakan stunting tidak hanya ditandai dengan tinggi badan yang terhambat, tetapi juga berdampak pada pertumbuhan otak.
"Jadi kalau kita sekarang lihat stunting, yang mungkin anaknya kelihatan lebih pendek dari usianya, tapi di dalam pertumbuhan otaknya juga terganggu," kata dia.
Berdasarkan data terbaru dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Indonesia menurun menjadi 19,8 persen. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan pada 2013, yang masih berada di angka 37 persen.
Namun, dr Lovely menggarisbawahi bahwa tantangan masih besar terutama dalam hal pemberian ASI. Data SSGI 2024 menunjukkan bahwa hanya 66,4 persen bayi usia 0-5 bulan yang menerima ASl eksklusif.
"Saat baru lahir, pemberian ASI masih cukup tinggi, sekitar 80 persen. Tapi seiring bertambahnya usia, angka ini terus menurun, apalagi mendekati usia dua tahun," kata dia.
la juga menyoroti adanya ketimpangan berdasarkan status pekerjaan dan wilayah tempat tinggal. Ibu bekerja tercatat memiliki tingkat pemberian ASI yang lebih rendah dibanding ibu yang tidak bekerja. Sementara itu, pemberian ASI di wilayah pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.
"Ini menunjukkan adanya tantangan besar dalam mendukung keberhasilan menyusui, terutama bagi ibu yang bekerja dan tinggal di wilayah perkotaan," ujar dr Lovely. Kemenkes berharap, melalui edukasi, dukungan kebijakan, dan pemenuhan hak anak terhadap ASI, angka stunting di Indonesia dapat terus ditekan demi menciptakan generasi yang sehat dan cerdas.