REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar di dunia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Siapa sangka, infeksi human papillomavirus (HPV) bisa ikut meningkatkan risiko terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskular pada perempuan.
Mengacu pada data dari WHO, sekitar 17,9 juta orang di dunia mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskular pada 2019. Jumlah tersebut mewakili sekitar 32 persen kasus kematian akibat semua penyebab di dunia.
Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami penyakit kardiovaskular. Sebagian di antaranya adalah pola makan, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.
Salah satu faktor risiko yang mungkin jarang dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular adalah riwayat infeksi human papillomavirus (HPV). Menurut studi, perempuan yang pernah terinfeksi HPV berisiko empat kali lipat lebih besar terhadap kematian akibat penyakit kardiovaskular.
HPV adalah virus yang sering kali ditularkan lewat kontak seksual. Diperkirakan, delapan dari 10 orang akan terinfeksi dengan HPV pada satu waktu di sepanjang hidup mereka. Infeksi HPV jenis tertentu, seperti HPV 16 dan HPV 18, diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks
Studi terdahulu pernah menemukan bahwa infeksi HPV bisa berkontribusi terhadap penumpukan plak di arteri atau aterosklerosis. Seperti diketahui, aterosklerosis bisa menyebabkan sejumlah masalah seperti memperburuk hipertensi dan memicu strok dan serangan jantung.
Kaitan antara infeksi HPV dan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular disoroti dalam studi terbaru pada European Heart Journal. Studi ini melibatkan lebih dari 163 ribu perempuan muda hingga paruh baya di Korea Selatan.
Hasil studi menunjukkan bahwa perempuan yang pernah terinfeksi 13 strain HPV risiko tinggi berpeluang 3,74 kali lebih besar untuk mengalami kematian akibat penyakit jantung. Mereka juga berisiko 5,86 kali lebih besar mengalami kematian akibat strok.
Tak hanya itu, mereka juga berpeluang 3,91 kali lebih tinggi terhadap penyumbatan arteri. Menurut tim peneliti, risiko-risiko tersebut bisa semakin tinggi bila perempuan yang bersangkutan obesitas.
"Kita tahu peradangan memainkan peran penting dalam perkembangan dan laju perkembangan penyakit kardiovaskular, dan infeksi virus merupakan pemicu potensial dari peradangan," ujar Prof Hae Suk Cheong dari Sungkyunkwan University School of Medicine, seperti dilansir Express pada Kamis (8/2/2024).