REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasak adalah keahlian yang diperlukan, sama seperti bisa berenang. Untuk mengasah ilmu memasak ada satu tempat yang bisa dituju yaitu ABC Cooking Studio.
Tahun ini ABC Cooking Studio Indonesia merayakan ulang tahun ketujuh pada bulan Agustus ini. Sejak membuka studio pertamanya di Jakarta pada 2018, ABC Cooking Studio telah memiliki lebih dari 15 ribu anggota di seluruh Indonesia.
Dalam rangka ulang tahunnya yang ketujuh di Indonesia dan ke-40 di Jepang, ABC Cooking Studio Indonesia menghadirkan tiga menu eksklusif edisi terbatas serta dua acara utama. "Dari awal kami berkomitmen menjadi tempat untuk bisa berkreasi dan mengembangkan kecintaan masak memasak. Memasak bukan cuma keterampilan tapi juga jadi ekspresi diri, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang kita cintai," kata Vice President ABC Cooking Studio Indonesia, Maria Andyta.
Tiga menu spesial yang bisa diikuti kelas masaknya adalah Chopped Beef Steak and Vongole Rosso, lalu di kelas roti ada Twisted Doughnuts dengan rasa berry dan matcha. Serta di kelas kue ada Gateau Au Thé Vert. Menu-menu ini mencerminkan perpaduan rasa khas Jepang dengan sentuhan internasional yang kreatif.
Selain itu acara lain adalah ABC Masterplate 2025. Yaitu sebuah kompetisi memasak yang ditujukan khusus untuk anggota ABC Cooking Studio di seluruh Indonesia.
Nantinya peserta akan bersaing untuk memperebutkan gelar The ABC Masterplate 2025. Pemenang utama akan mendapatkan hadiah uang tunai Rp 10 juta dan hadiah lainnya. "Kompetisi ini adalah bentuk apresiasi atas semangat dan kreativitas para member kami,” kata Country General Manager ABC Cooking Studio Indonesia, Sally Sebrina.
ABC Cooking Studio adalah studio memasak dan baking asal Jepang. ABC Cooking Studio menyediakan lingkungan yang ramah dan interaktif, di mana siapa pun dapat belajar, memasak, dan membuat kue bersama. Uniknya ABC Cooking School mengadopsi kelas masak yang minim peralatan. Sepulangnya dari belajar masak di ABC, peserta bisa langsung mempraktikkan di rumah tanpa perlu membeli lagi terlalu banyak perkakas dapur.
Sebagai contoh, di kelas menu Jepang, pelajaran memasak nasi Jepang dilakukan dengan panci bukan rice cooker. Begitu juga dengan kelas roti, peserta kelas belajar mengadon dengan tangannya bukan dengan bantuan bread maker.