REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Xerostomia atau mulut kering diperkirakan menyerang 40 persen orang yang berusia di atas 55 tahun. Sebuah penelitian di Swedia menemukan bahwa perempuan lebih berisiko mengidap xerostomia dibandingkan laki-laki.
Dikutip dari laman The Probe, Rabu (3/1/2024), kondisi mulut kering bisa menjadi masalah kronis bagi pengidapnya, berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk berbicara, mengunyah, dan menelan. Pasien juga lebih berisiko mengalami kerusakan gigi dan infeksi gigi.
Penyebab utama xerostomia adalah akibat efek samping pengobatan, sehingga tidak selalu mungkin bagi ahli gigi profesional untuk menghilangkan sumber masalahnya secara langsung. Penilaian komprehensif dengan riwayat kesehatan menyeluruh sangat penting.
Jika pasien rutin mengonsumsi obat xerogenik, itu dapat menjadi indikasi utama risiko mulut kering. Pasien juga harus menjalani skrining untuk mengetahui kondisi lain yang berkaitan, seperti radiasi untuk kanker kepala dan leher, sindrom Sjögren, dan penyakit sistemik lain.
Penyakit sistemik yang dimaksud antara lain asma, diabetes, penyakit rematik, penyakit tiroid, dan gangguan makan. Pasien akan diminta mengisi kuesioner untuk memastikan tingkat keparahan gejala mulut kering, juga menjalani pemeriksaan intraoral.
Setelah diagnosis, pengobatan xerostomia bisa diberikan untuk memperbaiki rasa mulut kering. Pada lebih dari 75 persen pasien yang mengonsumsi obat xerogenik, penanganan xerostomia efektif meningkatkan kualitas hidup mereka tanpa harus menghentikan penggunaan obat-obatan.
Bagi orang lain yang mungkin mampu mengatasi penyebab mulut keringnya, tingkat perbaikannya mungkin jauh lebih tinggi. Teknik penatalaksanaan mungkin berfokus pada meringankan gejala atau meningkatkan aliran air liur, atau keduanya dalam beberapa kasus.
Perawatan farmakologis sering kali melibatkan penggunaan obat sialagogue, yang merangsang reseptor muskarinik dan air liur, diindikasikan jika fungsi kelenjar ludah masih tersisa. Namun, ada efek samping yang harus diwaspadai, termasuk berkeringat, mual, dan rinitis.
Stimulasi listrik juga telah terbukti meningkatkan laju aliran air liur. Namun, teknologi terkait tidak dapat diakses secara luas dalam praktik kedokteran gigi. Solusi sederhana yang dapat segera diterapkan oleh pasien adalah dengan tetap terhidrasi.
Pasien juga bisa mencegah mulut kering dengan mengisap es batu atau es loli bebas gula, menggunakan lip balm untuk bibir kering, dan mengunyah permen karet bebas gula. Hindari pasta gigi berbahan dasar alkohol, kopi, makanan asam, dan merokok.
Perawatan mulut khusus dapat meredakan ketidaknyamanan. Berbagai produk dalam bentuk semprotan, tablet hisap atau gel dapat digunakan sebelum makan atau sesuai kebutuhan untuk merangsang aliran air liur atau menggantikan air liur untuk sementara.