REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak sedikit anak dan orang dewasa yang merasa enggan untuk vaksinasi karena takut terhadap jarum suntik. Inovasi terbaru dari ilmuwan University of Oxford mungkin bisa menjadi solusinya.
Alih-alih menggunakan jarum suntik, ilmuwan dari University of Oxford mengembangkan metode pemberian vaksin dengan ultrasound. Berdasarkan studi terhadap tikus, metode ini tak hanya mampu memasukkan vaksin ke dalam kulit tetapi juga bisa bekerja lebih efektif dibandingkan jarum suntik.
Metode ini dikembangkan dalam sebuah studi yang dipimpin oleh Darcy Dunn-Lawless. Untuk melakukan vaksinasi dengan ultrasound, tim peneliti mencampurkan molekul vaksin dengan protein berbentuk seperti cangkir.
Setelah itu, campuran vaksin tersebut dioleskan pada tubuh tikus. Langkah berikutnya, tim peneliti menggunakan mesin ultrasound pada area yang sudah dioleskan dengan campuran vaksin selama 90 detik.
Hasil studi menunjukkan bahwa gelombang suara yang dipancarkan oleh ultrasound mampu mendorong cairan campuran vaksin masuk ke dalam lapisan atas kulit. Setelah berada di dalam kulit, bubble-bubble berisi vaksin mulai terbentuk. Bubble-bubble tersebut lalu pecah oleh gelombang suara dari ultrasound yang masih terpancar.
Vaksin yang diberikan melalui jarum suntik memang bisa menjangkau area yang lebih dalam dibandingkan metode ultrasound. Sebagai perbandingan, metode ultrasound hanya mengantarkan vaksin ke lapisan atas kulit sedangkan metode suntik vaksin mengantarkan vaksin hingga ke otot di bawah kulit.
Meski jangkauan vaksin dengan metode ultrasound jauh lebih dangkal, Dunn-Lawless menyatakan bahwa hal tersebut bukan masalah. Kedalaman vaksin yang dicapai dengan metode ultrasound sudah cukup untuk membuat vaksin bekerja secara efektif.
Tak hanya itu, proses pecahnya bubble dengan metode ultrasound dapat membantu menyingkirkan sel-sel kulit mati. Kondisi ini memungkinkan ada lebih banyak molekul vaksin yang masuk selama proses vaksinasi dengan ultrasound berlangsung.
Yang tak kalah menarik, tim peneliti mengungkapkan bahwa jumlah molekul vaksin yang bisa tersalurkan melalui metode ultrasound memang 700 kali lebih sedikit dibandingkan metode suntik. Akan tetapi, tikus yang divaksinasi dengan metode ultrasound mampu memproduksi lebih banyak antibodi dibandingkan tikus yang divaksinasi dengan metode suntik.
Tim peneliti belum mengetahui alasan yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi, seperti dilansir Metro pada Selasa (5/12/23). Akan tetapi, tim peneliti menilai tingginya antibodi yang tercipta melalui metode ultrasound dipengaruhi oleh jumlah sel imun yang lebih banyak di kulit dibandingkan di otot.
Metode vaksinasi tanpa jarum pada dasarnya bukan hal yang baru. Sebelum ini, sudah ada inovasi vaksinasi tanpa jarum yang memanfaatkan perangkat lain seperti semprotan hidung dan tetes mulut. Studi mengenai vaksinasi dengan metode ultrasound ini telah dipresentasikan pada konferensi Acoustical Society of America 2023 di Sydney, Australia.