REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayi bernama Kenneth Matthew berhasil memukau warganet dengan kecerdasannya yang luar biasa. Meski baru berusia 21 bulan, Kenneth bisa membaca hingga mengenali planet di tata surya.
Keterampilan Kenneth dalam membaca hingga mengenali rumus-rumus matematika kerap dibagikan oleh orang tuanya, Kevin Immanuel dan Chika, melalui akun TikTok @imchika21. Dalam beberapa video yang diunggah oleh Kevin dan Chika, Kenneth tampak bisa menjawab persoalan matematika sederhana, mengenali rumus bangun ruang, membaca, hingga mengenali organ tubuh.
Tak hanya warganet, kedua orang tua Kenneth juga sempat merasa takjub saat menyaksikan kecerdasan sang anak. Salah satunya ketika Kenneth mampu menghafal urutan proses pencernaan makanan di dalam tubuh.
Pengetahuan mengenai urutan proses pencernaan makanan tersebut tampaknya diperoleh Kenneth dari buku anatomi tubuh yang kerap dibacakan oleh Chika. Salah satu hal yang dibahas dalam buku tersebut adalah urutan proses pencernaan makanan, mulai dari masuk ke dalam mulut hingga keluar dari anus.
"Waktu dia umurnya 1 tahun 4 bulan, dia lagi makan, aku bilang, 'makanannya masuk ke mulut'. Terus dia tiba-tiba lanjutin, 'terus kerongkongan, terus lambung', itu aku kaget banget di situ," ungkap Chika dalam siaran podcast bersama Denny Sumargo, seperti dikutip dari kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, Senin (27/11/23).
Terkait kelebihan yang dimiliki oleh Kenneth, Chika mengungkapkan bahwa dia dan sang suami rutin memeriksakan Kenneth ke rumah sakit untuk imunisasi. Di rumah sakit, milestone atau tahap tumbuh kembang Kenneth selalu dipantau oleh dokter spesialis anak.
"Di situ dicek juga milestone-nya, normal sih, cuma memang dia tuh kemampuannya lebih dari yang lain karena cepet fokus, cepet nangkep," ujar Chika.
Berdasarkan penjelasan dokter, Chika mengatakan setiap bayi sebenarnya bisa menjadi seperti Kenneth. Akan tetapi, hal itu akan sangat bergantung pada asupan gizi hingga stimulasi yang diberikan oleh orang tua kepada anak sejak masa 1.000 hari pertama kehidupan. Salah satu contohnya adalah dibacakan buku, alih-alih hanya sekedar diberikan tontonan.
Meski banyak orang melabeli anaknya sebagai jenius, Chika mengungkapkan bahwa dia belum bisa mengetahuinya. Menurut Chika, hal tersebut mungkin bisa dicek ketika sang anak sudah mencapai usia 2,5 tahun.
"Di mana aku mulai bisa tahu minat-bakat dia ke mana," ujar Chika.
Membaca buku dan kecerdasan balita
Membacakan buku pada anak merupakan salah satu aktivitas yang sangat dianjurkan bagi orang tua. Alasannya, kebiasaan ini dapat membawa manfaat yang jauh lebih besar dari sekedar mengasah kemampuan literasi anak.
Menurut direktur senior dari Learning and Development Center di Child Mind Institute, Laura Phillips PsyD, kemampuan berbahasa pada anak sebenarnya sudah mulai terbangun sejak dia dilahirkan. Paparan yang konsisten terhadap berbagai pola bahasa bisa merangsang perkembangan kemampuan berbahasa mereka.
"Hanya paparan terhadap kata-kata merupakan satu hal terpenting yang bisa Anda lakukan untuk membantu membangun pathway bahasa di otak anak Anda," ujar dr Phillips, seperti dikutip dari laman resmi Child Mind Institute.
Membacakan buku kepada bayi dan balita dapat membuat mereka terus terpapar oleh kata-kata, sehingga keterampilan berbahasa dan kapasitas kognitif mereka terus bertambah luas. Bahkan, hanya dengan memegang atau menyentuh buku saja sudah bisa membantu menunjang perkembangan kognitif bayi.
"Buku memungkinkan mereka untuk mendengar kosa kata baru dan cara baru untuk menyusun kata menjadi kalimat," kata dr Phillips.
Sebuah studi juga menemukan bahwa anak-anak yang sejak kecil sering dibacakan buku oleh orang tua akan memiliki kosa kata yang relatif lebih banyak dibandingkan anak-anak lain saat masuk ke taman kanak-kanak. Perbedaan kosa kata antara anak yang sering dibacakan buku dan tidak dibacakan buku ini bisa mencapai setidaknya 290 ribu kata.
Selain keterampilan berbahasa dan literasi, anak yang sering dibacakan buku oleh orang tua cenderung memiliki empati yang lebih terbangun dengan baik. Empati ini bisa terbangun karena buku memungkinkan mereka untuk mengetahui beragam kisah hidup dari berbagai perspektif.
Yang tak kalah menarik, kegiatan membacakan buku kepada anak dapat membantu anak untuk lebih mahir dalam mengelola perasaan mereka secara sehat. Dengan berkaca dari karakter-karakter di dalam buku, anak pun akan menjadi lebih mudah untuk mengomunikasikan perasaan-perasaannya kepada orang tua.
Menurut sebuah studi bertajuk "How to Make a Young Child Smarter", tim peneliti menemukan bahwa kebiasaan membacakan buku pada anak berkorelasi kuat dengan peningkatan kecerdasan intelektual (IQ) anak. Tim peneliti juga menemukan bahwa skor IQ anak bisa meningkat lebih dari 6 poin bila orang tua dapat membuat anak mereka ikut terlibat aktif dalam kegiatan membaca, seperti dikutip dari laman resmi Children Learning Reading.
Selain itu, aktivitas membaca buku bersama anak bisa membangun hubungan yang lebih erat antara anak dan orang tua. Manfaat serupa tidak akan muncul bila orang tua hanya memanfaatkan teknologi seperti Alexa untuk membacakan buku kepada anak mereka.
Memilih buku yang tepat
Menurut dr Phillips, dibacakan buku bisa memberikan manfaat kepada anak dari semua kelompok usia. Akan tetapi, memilih buku yang tepat bisa membuat manfaat yang muncul semakin signifikan.
Untuk bayi yang baru lahir, dr Phillips mengatakan orang tua bisa membacakan apa pun kepada anak, bahkan membacakan berita. Alasannya, hal terpenting bagi anak-anak di rentang usia ini adalah mendengarkan kata-kata, kalimat, dan bahasa.
Bila anak mulai beranjak besar, orang tua dapat memilih buku dengan tema yang tidak jauh dari keseharian anak. Dengan begitu, buku tersebut bisa menjadi jembatan untuk terciptanya sebuah diskusi dan percakapan dengan anak.
Orang tua juga dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk memilih buku yang mereka sukai. Ketika anak membaca buku yang dia sukai, dia akan merasa aktivitas membaca itu menyenangkan dan berguna bagi dirinya.
"Sangat umum bagi balita dan usia PAUD untuk berkeinginan membaca buku yang sama berulang kali," kata dr Phillips.
Meski anak sudah mencapai tahap bisa membaca, tak ada alasan bagi orang tua untuk berhenti membacakan buku kepada anak mereka. Meski sudah bisa membaca, Dr Phillips mengatakan anak-anak masih lebih menikmati momen-momen dibacakan buku oleh orang tua mereka.
Terkait bentuk buku, beberapa studi mengindikasikan bahwa buku fisik dapat membawa manfaat lebih dibandingkan buku elektronik atau e-book. Studi menunjukkan bahwa interaksi yang terbangun antara anak dan orang tua cenderung lebih bermakna ketika mereka membaca buku fisik atau buku cetak.