Rabu 15 Nov 2023 18:14 WIB

Tren 'Barcode Korea' dan Alasan Seseorang Suka Menyakiti Diri Sendiri 

Keinginan menyakiti diri sendiri datang saat banyak masalah tanpa ada solusi.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Friska Yolandha
Self harm (ilustrasi). Pelajar yang melakukan self harm di Magetan didominasi usia SMP.
Foto:

Pesan serupa juga diungkapkan penyintas self harm yang menetap di Malang, Farida (bukan nama sebenarnya). Jika sedang kambuh, dia menyarankan penyintas untuk tidak berdiam diri di ruangan tertutup. Mereka harus pergi ke taman atau apapun di ruang terbuka. 

Penyintas juga harus menyingkirkan benda-benda tajam di sekitarnya. Ketika muncul perasaan menyakiti diri sendiri, mereka dapat menggantinya dengan meremas atau merobek kertas. Menurut dia, cara ini termasuk subtitusi rasa sakit yang lebih aman. 

Jika sudah tahap lebih stabil, penyintas dapat mencoba olahraga. Cara ini dianggap mampu menyalurkan hasrat 'menyakiti diri'. Sebab, olahraga seperti itu dapat membuat diri sendiri 'sakit'. 

Hal yang tak kalah penting, yakni  sebisa mungkin menghindari lingkungan penyebab seseorang terpuruk. "Harus sabar karena waktu untuk pulih tidak sebentar. Semangat ya," jelas dia.

Farida sendiri pernah melakukan self harm saat dia masih berusia 19 tahun pada 2019 lalu. Penyebab dia melakukan hal tersebut karena masalah keluarga dan pertemanan. Namun beruntung dia langsung konsultasi kepada psikolog sehingga keinginan tersebut dapat dihindari saat ini.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement