REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Skoliosis masih dianggap enteng karena tidak menyebabkan hilangnya nyawa. Padahal, skoliosis bisa menyerang siapa saja, bahkan jika kasusnya parah bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Pada dasarnya, skoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh yang menyebabkan kelengkungan pada tulang belakang. Ini bisa menyebabkan tulang belakang berbentuk huruf C atau S.
Ada beberapa tanda seseorang mengidap skoliosis, seperti bahu, pinggang, dan pinggul yang asimetris. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Akan lebih baik jika pemeriksaan dilakukan sejak dini.
"Prinsip skoliosis adalah masih bertambahnya tinggi seseorang artinya derajat skoliosisnya masih bisa bertambah sehingga pada anak-anak penting diketahui dini. Kalau diketahui dini bisa lakukan pencegahan agar harapannya tidak berkembang terlalu besar," kata pakar ortopedi Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) dr Widyastuti Srie Utami di kawasan Jakarta Selatan, Senin (21/8/2023).
Ada beragam penyebab skoliosis. Namun, sebagian besar 85 persen adalah idiopatik atau tidak diketahui ada penyebab yang mendasarinya. Artinya, pasien tersebut sehat secara umum.
Sementara presentase sisanya bisa disebabkan hal-hal lain. Misalnya, pasien yang memiliki orang tua yang menderita skoliosis.
"Kalau dalam keluarga, terutama ayah dan ibu ada skoliosis biasanya keluarga generasi di bawahnya lebih mungkin untuk memiliki skoliosis sehingga mereka memerlukan treatment. Jadi, lebih tepat disebut insidensi lebih tinggi, bukan diturunkan," ujarnya.