Kamis 31 Oct 2019 06:30 WIB

Wajib Tahu, Begini Cara Deteksi Dini Skoliosis pada Anak

Skoliosis idiopatik remaja paling banyak terjadi pada perempuan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Bentuk tulang yang mengalami skoliosis.
Foto: mayoclinic
Bentuk tulang yang mengalami skoliosis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Skoliosis merupakan kelaianan pada rangka tubuh berupa abnormalitas bentuk tulang belakang. Pada skoliosis, tulang belakang bisa berubah bentuk dan melengkung menyerupai huruf C atau S.

Skoliosis bisa disebabkan oleh beragam hal. Akan tetapi, sebagian besar atau sekitar 90 persen kasus skoliosis tidak diketahui penyebabnya alias skoliosis idiopatik.

Pada remaja, skolisis idiopatik memiliki angka kejadian sekitar dua hingga lima persen. Kasus skoliosis idiopatik remaja biasa ditemukan pada usia 10-18 tahun.

"Skoliosis idiopatik remaja paling banyak terjadi pada perempuan dan hanya 10 persen pada anak laki-laki," jelas spesialis ortopedi konsultan tulang belakang dari Sport, Shoulder & Spine Clinic Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr Phedy SpOT(K) saat ditemui di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, Rabu.

Yang cukup memprihatinkan, tak sedikit pasien remaja yang datang ke dokter ketika kondisinya sudah cukup berat. Padahal, ketika sudah remaja, hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu kondisi skoliosisnya tetap atau kondisi skoliosisnya semakin berat.

Oleh karena itu, orang tua yang memilik anak kecil dan remaja perlu lebih aktif dalam melakukan deteksi dini skoliosis. Keaktifan orang tua diperlukan karena anak atau remaja yang mengalami skoliosis cenderung menyembunyikan kondisinya dengan menggunakan jaket atau kaus berukuran besar.

Deteksi dini skoliosis bisa dilakukan oleh orang tua dengan mudah, tanpa memerlukan alat khusus. Pada anak perempuan, deteksi dini skoliosis disarankan untuk dilakuakn dua kali, yaitu pada usia 10 tahun dan 12 tahun. Sedangkan pada anak laki-laki, deteksi dini skoliosis cukup dilakukan satu kali pada usia 12 tahun atau 13 tahun.

"Skoliosis sebaiknya kita tangkap sebelum 30 derajat. Selain tidak perlu operasi, tidak perlu pasang brace," jelas Phedy.

Deteksi dini yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah pemeriksaan fisik. Saat melakukan pemeriksaan fisik, bagian punggung hingga belahan bokong anak harus terlihat, tidak tertutupi dengan baju atau rambut. Lakukan di ruangan tertutup dan cukup luas karena saat pemeriksaan fisik anak perlu membungkuk.

Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan posisi anak berdiri atau membungkuk. Saat melakukan pemeriksaan fisik dengan posisi berdiri, anak perlu berdiri dengan tegak.

Saat melakukan pemeriksaan fisik dalam posisi membungkuk, posisi kedua telapak tangan anak perlu dirapatkan dan mengarah ke lantai saat membungkuk. Anak cukup membungkuk ke depan dengan posisi kaki rapat dan lutut lurus.

Posisi berdiri

Saat anak berdiri tegak, orang tua bisa berdiri di belakang anak sambil melakukan lima penilaian. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kesejajaran posisi bahu kanan dan kiri, kesejajaran posisi tonjolan scapula kanan dan kiri, kesejajaran posisi lipat pinggang kanan dan kiri, kesejajaran panggul kanan, dan kiri serta kesamaan jarak antara siku kanan dan kiri ke batang tubuh.

"Kalau temukan sisi punggung kanan dan kiri tidak sama, tidak simetris, curiga skoliosis," jelas Phedy.

Posisi membungkuk

Saat anak membungkuk, orang tua bisa melihat posisi tonjolan di punggung kanan dan kiri, baik punggung bagian atas maupun punggung bagian bawah. Dalam kondisi normal, tonjolan di punggung ini akan memiliki tinggi yang sama rata.

Kapan ke dokter?

Bila orang tua hanya menemukan satu kelainan ringan, maka boleh dilakuakan pemeriksaan ulang terlebih dahulu setelah enam bulan atau satu tahun. Namun, bila orang tua menemukan tiga kelainan atau lebih, maka ada kemungkinan yang sangat besar bahwa anak menderita skoliosis.

"Maka, bawalah anak itu ke dokter," jelas Phedy.

Phedy mengatakan, tidak semua dokter memiliki pemahaman yang cukup mendalam mengenai skoliosis. Oleh karena itu, Phedy menyarankan agar orang tua yang mencurigai anaknya skoliosis memeriksakan anaknya ke dokter spesialis ortopedi subspesialis tulang belakang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement