Selasa 23 May 2023 23:17 WIB

Waspadai Penyakit Metabolik Saat Musim Kemarau, Apa Itu dan Bagaimana Risikonya?

Sepekan setelah Lebaran, penyakit metabolik mulai mencuat.

Seseorang mengalami penyakit metabolik (ilustrasi). Penyakit metabolik adalah sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, strok, dan diabetes.
Foto: www.freepik.com.
Seseorang mengalami penyakit metabolik (ilustrasi). Penyakit metabolik adalah sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, strok, dan diabetes.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dinas Kesehatan Kota Semarang, Jawa Tengah, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit metabolik yang biasanya muncul saat musim kemarau. Apalagi, kondisi panas yang terik seperti sekarang ini.

"Sebenarnya sudah satu bulan ini penyakit metabolik mulai mencuat (satu pekan setelah Lebaran, Red)," kata Kepala Dinkes Kota Semarang dr Abdul Hakam di Semarang, Selasa (23/5/2023).

Baca Juga

Penyakit metabolik adalah sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, strok, dan diabetes, misalnya karena kadar gula darah dan tekanan darah tinggi, kenaikan kadar kolesterol, serta lemak berlebihan di sekitar pinggang. Ia menjelaskan, penyakit metabolik rawan muncul saat cuaca terik, apalagi pada orang yang memiliki faktor risiko kencing manis dan darah tinggi yang akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung koroner dan strok.

Pola hidup juga akan berpengaruh saat musim kemarau, kata dia, karena orang lebih memilih untuk mengonsumsi minuman manis dan es, seperti es teh dan es sirop yang jika tidak dikontrol akan mengganggu kesehatan karena kadar gula darah yang tinggi. "Ini kalau tidak bisa dikendalikan, kadar gula darah tinggi. Kadar gula darah tinggi pasti akan mengakibatkan koma diabetikum atau HONK (hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik). Pembuluh darah kental sekali," katanya.

Hakam mengatakan, aktivitas penuh di terik Matahari juga berisiko, apalagi bagi orang yang memiliki riwayat diabetes melitus (DM), hipertensi, dan jantung koroner, sehingga harus berhati-hati. "Sekarang ini (suhu udara) panasnya berapa? Kita ini normal mentok di 32 derajat Celsius sudah panas. Makanya, harus dihindari. Misalnya pakai payung, topi, dan sebagainya," kata dia.

Namun, kata dia, bukan berarti kemudian aktivitas fisik di luar ruangan harus berhenti, tetapi harus diatur sedemikian rupa dengan menghindari sengatan matahari dan tetap menjaga kesehatan. "Aktivitas fisik, ya, tetap. Apalagi yang dilakukan di dalam gedung (ruangan, Red). Kalau melihat dari kasusnya, strok dan jantung koroner termasuk 10 besar penyakit di Kota Semarang," kata Hakam.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement