REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelebihan berat badan di usia paruh baya telah dikaitkan dengan risiko yang lebih besar terkena penyakit Alzheimer atau demensia. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa obesitas juga bisa memicu perubahan otak yang mirip dengan Alzheimer.
Para ilmuwan di Universitas McGill di Montreal, Kanada, menganalisis pemindaian otak lebih dari 1.300 orang dalam penelitian tersebut. Tujuannya, untuk membandingkan secara langsung pola penyusutan otak pada pengidap obesitas dan pasien Alzheimer.
Pemindaian mengungkap adanya penipisan otak serupa di area yang terlibat dalam pembelajaran, memori, dan penilaian pada kedua kelompok, baik pengidap obesitas maupun penderita Alzheimer. Temuan telah diterbitkan di Journal of Alzheimer's Disease.
"Kami menemukan ada kesamaan antara otak dari orang yang mengalami obesitas dan penderita Alzheimer, dan itu bermuara pada ketebalan korteks serebral," kata penulis studi, Filip Morys, seorang peneliti ilmu saraf postdoctoral di Universitas McGill.
Korteks serebral ada di lapisan luar otak, fungsinya antara lain bertanggung jawab atas ucapan, persepsi, ingatan jangka panjang, dan penilaian. Morys menjelaskan, penipisan di wilayah otak itu mungkin mencerminkan adanya penurunan jumlah sel otak.
Untuk melihat lebih dekat dampak obesitas pada struktur otak tersebut, Morys dan rekan-rekannya meneliti pindaian otak dari 341 pasien alzheimer dan 341 individu obesitas dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih. Tim juga mencermati pindaian otak 682 individu sehat.
Semua pemindaian otak dan informasi lainnya berasal dari basis data kesehatan Biobank Inggris. Sumber lainnya yakni Alzheimer’s Disease Neuroimaging Initiative, program yang merekrut peserta di seluruh Amerika Utara dan ikut didanai oleh National Institutes of Health.
Para peneliti McGill menduga bahwa orang dengan indeks massa tubuh 25 hingga 25,9 (masuk kategori kelebihan berat badan) mungkin dapat mengatasi potensi penurunan kognitif itu. Caranya, disinyalir dengan mengupayakan berat badan yang sehat.
Direktur Institute of Human Nutrition di Columbia Irving Medical Center, Sabrina Diano, menyoroti bahwa studi tidak menunjukkan bahwa obesitas mutlak menyebabkan penipisan area otak tertentu. Namun, menurutnya masuk akal jika mengontrol berat badan mungkin merupakan cara untuk mengurangi risiko.
Periset di bidang metabolisme itu sepakat bahwa penelitian terbaru memberi wawasan baru, bahwa pengidap obesitas dan penderita Alzheimer memiliki area umum di otak yang berukuran lebih kecil. "Kemungkinan karena proses neurodegeneratif, yang berarti bahwa sel saraf di area ini mungkin mengalami kerusakan dan bisa mati," ujar Diano.