Rabu 18 Jan 2023 15:02 WIB

Bahaya Menyantap Makanan Ultraproses: Obesitas Hingga Penyakit Kardiovaskular

Makanan ultraproses dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan bagi tubuh.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari makanan ultraproses. (ilustrasi)
Foto: Greatist
Bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari makanan ultraproses. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan ultraproses merupakan makanan yang sudah melewati beberapa proses pabrik. Hal ini membuatnya tidak lagi memiliki kemiripan dengan bentuk aslinya. Makanan ultraproses dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan.

Risiko tersebut termasuk obesitas dan berbagai penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular dan demensia. Ahli nutrisi Richard Hoffman menyoroti, makanan ultraproses cenderung bernilai gizi rendah. Pasalnya, serangkaian proses produksi yang intens untuk menghasilkan makanan ultraproses relatif menghancurkan struktur alami bahan makanan dan menghilangkan banyak nutrisi bermanfaat, termasuk serat, vitamin, dan mineral.

Baca Juga

Namun, Hoffman menyampaikan bahwa nilai gizi yang rendah saja mungkin tidak cukup untuk menjelaskan risiko kesehatan makanan ultraproses. Butuh analisis faktor-faktor lain untuk sepenuhnya menjelaskan efeknya terhadap kesehatan.

Hoffman mengutip hasil dari dua penelitian baru yang menunjukkan efek dari konsumsi makanan ultraproses secara berlebihan. Studi pertama mengamati lebih dari 20 ribu orang dewasa di Italia dalam kondisi sehat. Para peneliti menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi makanan ultraproses dalam jumlah terbanyak di antara peserta lain memiliki peningkatan risiko kematian dini karena beragam sebab.

Sementara, studi kedua mengamati lebih dari 50 ribu profesional kesehatan laki-laki di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menemukan bahwa konsumsi tinggi makanan ultraproses berkaitan dengan risiko kanker usus besar yang lebih besar.

"Yang paling menarik dari studi ini adalah bahwa risiko kesehatan dari konsumsi makanan yang tinggi dalam makanan ultraproses tetap ada bahkan setelah mereka memperhitungkan kualitas gizi yang buruk dari makanan. Ini menunjukkan bahwa faktor lain berkontribusi terhadap bahaya yang disebabkan oleh makanan ultraproses," kata Hoffman.

Pengajar biokimia nutrisi di University of Hertfordshire di Inggris itu menggarisbawahi juga bahwa mendapatkan nutrisi yang tepat dari makanan lain dalam pola makan mungkin tidak cukup untuk menghilangkan risiko penyakit yang timbul akibat mengonsumsi makanan ultraproses. Upaya industri makanan untuk meningkatkan nilai gizi makanan ultraproses dengan menambahkan vitamin mungkin mengesampingkan masalah yang lebih mendasar pada makanan.

Faktor apa yang dapat menjelaskan mengapa makanan ultraproses sangat berbahaya bagi kesehatan? Studi pertama di Italia menemukan bahwa penanda peradangan (seperti jumlah sel darah putih yang lebih tinggi) lebih tinggi pada kelompok yang paling banyak mengonsumsi makanan ultraproses.

Dijelaskan Hoffman, tubuh dapat memicu respons peradangan karena sejumlah alasan, misalnya ketika sedang flu atau terluka. Tubuh merespons dengan mengirimkan sinyal ke sel kekebalan tubuh (seperti sel darah putih) untuk menyerang patogen yang menyerang (seperti bakteri atau virus).

Umumnya, respons peradangan berakhir dengan cukup cepat, tetapi beberapa orang mungkin mengalami peradangan kronis di seluruh tubuh. Hal itu dapat menyebabkan jaringan tubuh rusak sehingga rentan terhadap banyak penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit kardiovaskular.

Mengingat tanda-tanda peradangan terlihat pada peserta penelitian yang makan makanan ultraproses paling banyak, bisa dibilang bahwa peradangan dapat berkontribusi pada meningkatnya risiko penyakit akibat makanan ultraproses. Beberapa bahan tambahan yang umum dalam makanan ultraproses (seperti pengemulsi dan pemanis buatan) juga meningkatkan peradangan di usus dengan menyebabkan perubahan pada mikrobioma usus.

"Beberapa peneliti telah berteori bahwa makanan ultraproses meningkatkan risiko peradangan karena tubuh mengenalinya sebagai benda asing, seperti bakteri yang menyerang. Risiko peradangan di seluruh tubuh pun meningkat," ujar Hoffman.

Akan tetapi, penelitian kedua terkait kanker usus besar di AS tidak menyimpulkan bahwa peradangan meningkat pada laki-laki yang paling banyak mengonsumsi makanan ultraproses. Studi menunjukkan adanya mekanisme lain, seperti gangguan fungsi ginjal. Itu pun dapat menjelaskan mengapa makanan ultraproses berpotensi menyebabkan begitu banyak masalah kesehatan yang berbahaya.

Karena respons terhadap peradangan sudah terprogram dalam tubuh, Hoffman menganjurkan cara terbaik untuk mencegah hal itu terjadi adalah dengan tidak mengonsumsi makanan ultraproses sama sekali. "Beberapa pola makan berbasis nabati yang kaya akan makanan alami yang tidak diproses, seperti diet Mediterania, juga telah terbukti mengurangi peradangan," kata penulis buku Implementing the Mediterranean Diet tersebut, dikutip dari laman The Conversation, Rabu (18/1/2023).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement