REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abidzar Al-Ghifari menjadi pemeran utama Roy di film Balada Si Roy. Karakter Roy mengajarkannya untuk lebih menyayangi lagi sosok ibu yang melahirkannya ke dunia, yaitu Umi Pipik.
Menurut anak sulung almarhum Ustaz Jefri Al-Buchori ini, karakter Roy memberi pencerahan pada dirinya yang mungkin belum seutuhnya sayang pada ibu. Abi (sapaan akrabnya) merasa ketika belum terjun ke industri film, rasa sayang pada ibunya dinilai Allah SWT masih belum besar, sehingga Allah SWT memberinya peran ini.
“Akhirnya sampai Tuhan ngasih itu (peran Roy) ke gue untuk ikut Balada Si Roy, untuk apa? Untuk gue bisa sayang sama ibu. Itu yang gue rasain,” kata Abi saat ditemui usai press screening Balada Si Roy di XXI Epicentrum Jakarta, Rabu (11/1/2023).
Apalagi, Roy juga ditinggal oleh ayahnya yang merupakan seorang aktivis dan ia harus tinggal dengan ibunya saja sejak kecil. Hal ini juga dialami Abi dalam kehidupannya, ada beberapa poin dalam karakter Roy yang hampir serupa dengan dirinya terutama soal keluarga.
“Kalau misalnya kalian nonton Balada Si Roy, Roy sangat sayang sama ibunya dan ibunya sangat sayang sama anaknya. Bahkan apapun akan dilakuin, dan itu menurut gue cerminan terhadap kehidupan gue, realitasnya,” ujar Abi.
Hal lain yang membuatnya relate dengan karakter Roy adalah tidak melanjutkan sekolah saat di jenjang SMA, serta pencarian jati diri yang masih dia gali sampai kapanpun. Tetapi untuk berkelahi, hal itu tidak sama dengan dirinya karena Abi hampir tidak pernah adu jotos sama sekali.
Ibu juga menjadi salah satu alasan mengapa dirinya mau ikut serta dalam peran ini. Abidzar ingin memiliki penghasilan sendiri dengan nominal yang lebih besar untuk membantu ibunya. “Gue ngerasa kalau misalnya gue enggak ambil ini, itu sama saja nutup peluang gua untuk men-sodakoh keluarga gua,” ujarnya.
Balada Si Roy menjadi film perdana Abidzar dan dia langsung dipercaya menjadi pemeran utama. Sebelum bermain dalam film ini, Abidzar sudah tiga kali menjadi pemeran utama dalam tiga serial yang tayang di platform digital, seperti “Jingga dan Senja”, “Cool Boy vs Cool Girl”, dan “Cupcake untuk Rain”.
Balada Si Roy yang mulai tayang di bioskop berkisah tentang Roy, murid baru pemberontak yang harus beradaptasi dengan kehidupan barunya di kota pesisir kecil. Perjuangannya di kota kecil itu membawanya pada pencarian jati diri, persahabatan, cinta, dan menunjukkan wajah asli Indonesia pada 1980-an.
Film ini diadaptasi dari novel karya Gol A Gong yang telah banyak dikenal masyarakat Indonesia pada era 1980-an dan sudah terjual hingga lebih dari 300 ribu eksemplar. Kejadian demi kejadian pilu terus menimpa Roy berawal dari kematian anjingnya, Joe, membuatnya harus selalu bangkit dari semua ujian hidupnya.